JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, proyek revitalisasi trotoar tidak menyumbang pencemaran udara Jakarta secara signifikan.
Dia menyebut sumber utama pencemaran udara Jakarta adalah kendaraan bermotor.
"Nyaris tidak berpengaruh. Kalau pun ada pengaruh, sangat tidak signifikan," ujar Andono, Jumat (26/7/2019).
Baca juga: Pemprov DKI Siapkan 14 Rencana untuk Atasi Polusi Udara
Data Dinas Lingkungan Hidup menunjukkan, 75 persen sumber pencemaran udara berasal dari transportasi darat.
Pembakaran industri dan pembakaran domestik masing-masing menyumbang 8 persen pencemaran udara. Sementara pembangkit listrik dan pemanas menyumbang 9 persen atas pencemaran tersebut.
Berdasarkan hasil kajian Breathe Easy Jakarta, Andono menyebut, proyek-proyek pembangunan di Jakarta hanya menyumbang 4 persen sumber pencemaran udara Jakarta. Itu pun tidak murni proyek revitalisasi trotoar.
"Kalau pun pembangunan berdampak 4 persen, itu enggak hanya (revitalisasi) trotoar, ada pembangunan gedung, LRT, Tol Becakayu, dan lain-lain," kata dia.
Baca juga: Sidang Perdana Gugatan Polusi Udara Jakarta Digelar 1 Agustus
Sebagai antisipasi agar debu proyek pembangunan tidak mempengaruhi kualitas udara Jakarta, Pemprov DKI meminta para kontraktor untuk menyiram lokasi proyek secara rutin.
Penyiraman merupakan bagian dari standard operational procedure (SOP) yang harus dijalankan pelaksana proyek pembangunan di Jakarta.
"Kami telah meminta para pelaksana proyek-proyek tersebut untuk secara rutin melakukan SOP penyiraman air secara rutin, agar debu yang berterbangan tidak terlampau tinggi," ucap Andono.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.