Maghrib, alat berat yang menyapu rumah warga meninggalkan lokasi penggusuran. Pemerintah Kota Bekasi menyebut, tersisanya tiga bangunan itu "murni masalah waktu" yang kurang.
"Kalau niat baik pasti ngomong (diskusi) sama warga. Kalau ada bisnis di belakang itu, lain cerita. Sosialisasi sama sekali enggak ada. Di dalam daftar gusuran, ada namanya (tiga bangunan tersisa)," Ali menjelaskan.
Ali mengaku akan mengontrak rumah untuk tiga bulan ke depan. Persoalan jadi rumit karena sebelumnya ia tinggal bersama anak dan cucu-cucunya.
"Ngontrak tiga bulan. Enggak sanggup setahun. Saya mah kasihan sama anak-anak sama cucu-cucu, masih pada TK cucu," kata Ali.
Ia berencana membangun rumah kecil di suatu tempat sembari mengontrak. Atas alasan itulah, ia masih bertahan di lokasi penggusuran, coba memungut remah-remah rumahnya yang masih berguna.
"Itu besi kolom yang diambil buat bangun lagi. Hari gini harga besi selangit kalau mau beli. Satu biji sudah berapa duit," ujarnya.
Nasib tak kalah getir dialami Eno (40), kuli bangunan asal Kebumen, Jawa Tengah. Dia sudah menempati lahan yang kini digusur itu sejak 2004.
Ia hanya mampu meratapi figur rumahnya yang kini tinggal bayang-bayang. Semalam, Eno dan rekan terpaksa menginap di mobil bak milik salah satu pengepul barang rongsok. Ketiganya belum tahu ke mana mereka harus meletakkan kepala nanti malam.
"Sementara ya nyari tempat lagi di lahan kosong. Entar bangun sendiri. Belum dapat tempat," kata Eno yang saat ditemui Kompas.com sedang mengumpulkan kayu kaso di lahan bekas rumahnya.
Baca juga: Komnas HAM Sesalkan Pemkot Bekasi Gusur Warga secara Represif
"Bukan rumah, saya mah gubuk," kata dia.
Di rumahnya yang semipermanen, Eno tinggal bersama dua rekan sekampung yang juga bekerja sebagai kuli bangunan. Naas, ia tak sempat menyelamatkan seluruh perabot rumahnya.
Sejumlah bahan bangunan yang sebetulnya berharga baginya membangun rumah baru di tempat lain, seperti genteng, asbes, dan pintu, hancur dilindas ekskavator.
"Enggak sempat, sudah keduluan (alat berat) juga. Tadinya kirain masih dikasih satu minggu gitu. Bongkar isinya saja enggak keburu, belum keambil. Baru ranjang sama lemari. Hancuran asbes mah enggak laku dijual juga," kata Eno.
Penggusuran rumah warga di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011 oleh Kementerian PUPR melalui Pemerintah Kota Bekasi, Kamis (25/7/2019), diwarnai kontroversi.
Selain bentrok dengan warga dan menyisakan rumah ormas yang tak disentuh alat berat, penggusuran Kamis lalu dianggap sepihak.
Komnas HAM menyesalkan tindakan Pemerintah Kota Bekasi yang tak mengindahkan rekomendasi untuk bermusyawarah untuk mufakat dan melancarkan penertiban secara manusiawi.
Pemkot Bekasi mengklaim menyiapkan lokasi relokasi bagi warga terdampak ke Rusunawa Bekasi Jaya, tetapi warga mengaku tidak pernah menerima surat resminya.
Baca juga: Polemik Penggusuran Perumahan di Bekasi, di Antara Klaim Pemkot dan Protes Warga
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.