Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengepul Rongsokan yang Untung dan Buntung di Lokasi Gusuran Jatisampurna, Bekasi

Kompas.com - 26/07/2019, 18:34 WIB
Vitorio Mantalean,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Bekas perumahan warga di Jalan Bougenville Raya, RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat, yang digusur Pemerintah Kota, Kamis (25/7/2019) kemarin, menyisakan puing-puing dalam skala besar. Tak pelak, kondisi ini menggiurkan sebagian orang untuk menambang rupiah.

Salah satunya Alex (30), yang datang bersama tiga rekannya untuk memungut puing dengan sistem borongan. Ia sepakat dengan tuan rumah untuk memborong semua puing di lahan bekas rumah itu seharga Rp 2 juta.

"Dijual ke perusahaan limbah tuh yang daur ulang," kata Alex kepada Kompas.com, Jumat.

Alex dan rekan sejak pukul 09.00 berada di lokasi. Namun, pada pukul 15.30, mereka baru berhasil mengumpulkan satu bak mobil berisi besi-besi kolom.

Baca juga: Polemik Penggusuran Perumahan di Bekasi, di Antara Klaim Pemkot dan Protes Warga

"Baru sekali ke sini, belum bolak-balik. Habisin besi kolom dulu, keras mesti dipotong-potong, dihancurin betonnya," kata dia.

Alex memperkirakan, puing-puing yang bisa ia kumpulkan dapat laku sampai Rp 4 juta dengan sistem jual kiloan. Hasil itu nantinya dibagi berempat.

Berbeda dengan Alex, Wariman (67) justru kepayahan mengail perabotan bekas rumah gusuran. Sama dengan Alex, ia sudah ada di lokasi itu sejak pukul 09.00.

"Sekarang mah ancur, enggak kebagian. Orang-orang yang tenaganya gede bisa dapat gede," kata Wariman sambil mendorong gerobak berisi rongsokan.

Wariman menyebutkan, sehari-hari ia bisa mengumpulkan 20 kilogram barang rongsokan berupa perabotan rumah tangga tak terpakai. Jumlah itu setara Rp 50.000. Ia kecewa, perabot rumah tangga tak tersisa banyak di lokasi gusuran itu.

"Mendingan saya nyari muter-muter kompleks nyari botol aqua. Ini capeknya bukan main. Kayu, besi doang adanya. Enggak berani borongan saya, enggak ada tenanganya, kagak sanggup saya berat-berat," kata dia.

Ia menunjukkan sejumlah perabot rumah tangga yang berhasil dihimpun. Isinya hanya pipa paralon, piring pecah, akrilik pecah, ember, dan rangka televisi.

"Ember-ember begini cuma Rp 2.000 sekilo di bosnya," kata Wariman.

Nasib serupa dialami Eno (40). Pria ini bukan sekadar pengepul barang rongsok. Ia juga warga terdampak gusuran. Ia bersama tiga kawannya memunguti kayu-kayu bekas rumahnya yang sudah rata dengan tanah.

"Ini mah dijual ke (tukang) rempeyek, jadi kayu bakar. Enggak sampailah Rp 200.000, paling Rp 150.000," ujar Eno.

Barang rongsokan sisa penggusuran di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat sedang dikumpulkan para pengepul, Jumat (25/7/2019).Vitorio Mantalean Barang rongsokan sisa penggusuran di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat sedang dikumpulkan para pengepul, Jumat (25/7/2019).

"Ya adanya apa saja lah, biar dapat uang," imbuhnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Sempat Minta Tolong untuk Gotong Kardus AC

Megapolitan
Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Sedang Berpatroli, Polisi Gagalkan Aksi Pencurian Sepeda Motor di Tambora

Megapolitan
Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Terdengar Gemuruh Mirip Ledakan Bom Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Beredar Video Sopir Truk Dimintai Rp 200.000 Saat Lewat Jalan Kapuk Muara, Polisi Tindak Lanjuti

Megapolitan
Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Maju Pilkada Bogor 2024, Jenal Mutaqin Ingin Tuntaskan Keluhan Masyarakat

Megapolitan
Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com