BEKASI, KOMPAS.com - Bekas perumahan warga di Jalan Bougenville Raya, RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat, yang digusur Pemerintah Kota, Kamis (25/7/2019) kemarin, menyisakan puing-puing dalam skala besar. Tak pelak, kondisi ini menggiurkan sebagian orang untuk menambang rupiah.
Salah satunya Alex (30), yang datang bersama tiga rekannya untuk memungut puing dengan sistem borongan. Ia sepakat dengan tuan rumah untuk memborong semua puing di lahan bekas rumah itu seharga Rp 2 juta.
"Dijual ke perusahaan limbah tuh yang daur ulang," kata Alex kepada Kompas.com, Jumat.
Alex dan rekan sejak pukul 09.00 berada di lokasi. Namun, pada pukul 15.30, mereka baru berhasil mengumpulkan satu bak mobil berisi besi-besi kolom.
Baca juga: Polemik Penggusuran Perumahan di Bekasi, di Antara Klaim Pemkot dan Protes Warga
"Baru sekali ke sini, belum bolak-balik. Habisin besi kolom dulu, keras mesti dipotong-potong, dihancurin betonnya," kata dia.
Alex memperkirakan, puing-puing yang bisa ia kumpulkan dapat laku sampai Rp 4 juta dengan sistem jual kiloan. Hasil itu nantinya dibagi berempat.
Berbeda dengan Alex, Wariman (67) justru kepayahan mengail perabotan bekas rumah gusuran. Sama dengan Alex, ia sudah ada di lokasi itu sejak pukul 09.00.
"Sekarang mah ancur, enggak kebagian. Orang-orang yang tenaganya gede bisa dapat gede," kata Wariman sambil mendorong gerobak berisi rongsokan.
Wariman menyebutkan, sehari-hari ia bisa mengumpulkan 20 kilogram barang rongsokan berupa perabotan rumah tangga tak terpakai. Jumlah itu setara Rp 50.000. Ia kecewa, perabot rumah tangga tak tersisa banyak di lokasi gusuran itu.
"Mendingan saya nyari muter-muter kompleks nyari botol aqua. Ini capeknya bukan main. Kayu, besi doang adanya. Enggak berani borongan saya, enggak ada tenanganya, kagak sanggup saya berat-berat," kata dia.
Ia menunjukkan sejumlah perabot rumah tangga yang berhasil dihimpun. Isinya hanya pipa paralon, piring pecah, akrilik pecah, ember, dan rangka televisi.
"Ember-ember begini cuma Rp 2.000 sekilo di bosnya," kata Wariman.
Nasib serupa dialami Eno (40). Pria ini bukan sekadar pengepul barang rongsok. Ia juga warga terdampak gusuran. Ia bersama tiga kawannya memunguti kayu-kayu bekas rumahnya yang sudah rata dengan tanah.
"Ini mah dijual ke (tukang) rempeyek, jadi kayu bakar. Enggak sampailah Rp 200.000, paling Rp 150.000," ujar Eno.
"Ya adanya apa saja lah, biar dapat uang," imbuhnya.
Eno mengaku terlambat mengumpulkan rongsokan. Semalam, saat alat berat pemerintah pergi meninggalkan lokasi gusuran dengan menyisakan 3 bangunan, Eno pilih istirahat.
"Baru tadi pagi mulai. Semalam mah ketusuk paku. Ini saja pada lecet. Rongsokannya pada tertimbun asbes," kata dia.
Akibatnya, beberapa rongsokan yang masih bernilai jual, seperti besi kolom dan rangka baja sudah diambil pengepul lain.
Baca juga: Pemkot Bekasi Klaim Penggusuran Perumahan di Jakasampurna Tak Langgar HAM
"Bambu sudah enggak laku, reyot begitu. Dibikin steger juga enggak kuat. Genteng juga sudah enggak laku, hancur. Paling hanya bata, itu juga yang masih utuh buat bangun rumah lagi," kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan itu.
Penggusuran rumah warga di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011 oleh Kementerian PUPR melalui Pemerintah Kota Bekasi, Kamis kemarin diwarnai kontroversi.
Selain bentrok dengan warga dan menyisakan rumah ormas yang tak disentuh alat berat, penggusuran itu juga dianggap sepihak. Komnas HAM menyesalkan tindakan Pemerintah Kota Bekasi yang tak mengindahkan rekomendasi Komnas HAM untuk bermusyawarah dan melancarkan penertiban secara manusiawi.
Pemkot Bekasi mengeklaim telah menyiapkan lokasi relokasi bagi warga terdampak ke Rusunawa Bekasi Jaya. Namun warga mengaku tidak pernah menerima surat resmi Pemkot Bekasi terkai rencana penggusuran itu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.