BEKASI, KOMPAS.com — "Ya, namanya nasib orang kecil," ujar seorang pria paruh baya kepada Kompas.com, Jumat (26/7/2019).
Pria itu jadi salah seorang korban penggusuran oleh Pemerintah Kota Bekasi. Rumahnya di Jalan Bougenville Raya RT 001 RW 011, Jakasampurna, Bekasi Barat, rata dengan tanah. Menurutnya, tindakan penggusuran itu dilakukan tanpa ada diskusi sebelumnya.
Karena khawatir, pria itu enggan diungkap identitasnya. Sebut saja namanya Ali.
Sore itu, Ali mengamati rumahnya yang dari seberang jalan. Rumah yang sudah 19 tahun dia tinggali itu sudah jadi reruntuhan.
Ali kelelahan setelah mencongkeli besi-besi kolom rumahnya dari pagi dan dia digantikan oleh putranya.
Ia masih bertahan di lokasi penggusuran, coba memungut remah-remah rumahnya yang dirasa masih punya nilai.
"Itu besi kolom yang diambil buat bangun lagi. Hari gini harga besi selangit kalau mau beli. Satu biji sudah berapa duit," ujarnya.
Baca juga: Jerit Warga Gusuran di Jakasampurna, Bekasi, yang Tak Punya Lagi Tempat Bernaung
Ali tak punya rumah lagi. Ia, bersama tiga orang anak dan empat cucunya yang masih kecil, harus berjejalan di rumah kontrakan. Besi-besi tadi ia punguti untuk menghemat biaya seandainya suatu hari nanti dia bisa kembali membangun rumah.
"Ngontrak tiga bulan. Enggak sanggup setahun. Saya mah kasihan sama anak-anak sama cucu-cucu, masih pada TK cucu," kata Ali.
Ia tak malu mengakui dirinya membutuhkan puing-puing bahan bangunan yang masih bisa berguna. Namun, Ali tak pelit. Kehilangan rumah, ia masih mengizinkan pengepul barang rongsokan untuk turut memunguti puing-puing rumahnya.
Baca juga: Pengepul Rongsokan yang Untung dan Buntung di Lokasi Gusuran Jatisampurna, Bekasi
"Kami juga butuh sebetulnya. Tapi, dia juga butuh. Lagian kalau kami sendirian nyongkelin, sepi, enggak ada teman ngobrol," ujar Ali.