Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mulia Nasution
Jurnalis

Jurnalis yang pernah bekerja untuk The Jakarta Post, RCTI, Transtv. Pernah bergiat menulis puisi, cerita pendek, novel, opini, dan praktisi public relations . Kini menekuni problem solving and creative marketing. Ia mudah dijangkau email mulianasution7@gmail.com

Berkaca dari Kasus Nunung: Selebritas, Narkoba, dan Tangis Penyesalan

Kompas.com - 27/07/2019, 17:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

“Oh, kiranya dengan penangkapan oleh Polisi—kampung kita lebih aman lagi ke depannya. Bila Polisi menyeret biang kerok jaringan pengedar ke markas mereka, seharusnya kejahatan pelanggar hukum dapat tertumpas habis sampai ke akarnya!”

“Biang kerok kejahatan narkoba, bukan cuma ketiga pengedar yang tertangkap! Di perkampungan ini masih banyak pengedar lain—merayap-rayap bersama kaki-tangan busuknya!”

“Kenapa ya sikap warga masa bodoh terhadap pelanggar hukum, Pak?”

Bondanang merasa dirinya tertantang.

Katanya, “Kau mungkin pernah mendengar analisis tentang rasa muak sebagian warga di sini menghadapi masalah-masalah domestik kehidupan dan problematika lingkungan rumah. Bagi mereka yang merasa muak, pekerjaan kasar sebagai bekal memenuhi kebutuhan nafkah keluarga—terasa berat menindih sehingga abai terhadap aspek lain seperti keamanan lingkungan rumah. Sampai pada satu titik jenuh yang menyebalkan, mereka terpaksa pasrah apapun kejadian buruk menimpa orang lain—asal bukan dirinya yang menerima kemalangan hidup.”

***

Sekalipun cerita tadi sebuah fiksi, tapi berdasarkan riset, analisa, dan pemahaman mendalam sebagai jurnalis.

Cerita sumir tentang penggerebekan oleh polisi, sudah sejak lama saya pahami. Penembakan bandit narkoba, tak jarang menguak sisi lain dari sebuah pertarungan ekonomi.

Rindu canda

Kembali ke Nunung, terus terang saya merasa membutuhkan kehadirannya sebagai komedian. Saya merindukan saat Nunung menyajikan kekenesannya yang menghibur.

Terus-terang, saya kehilangan Nunung, sudah lebih sepekan ia tak lagi muncul di Ini Talkshow. Memang, ya masih ada Sule ( Entis Sutisna ) dan Andrea Taulany yang tak kalah lucu.

Masih ada pemeran pendukung lain yang mulai naik daun. Tapi Nunung? Saya yakin, jutaan penonton lain butuh katarsis dari sosok dan lawakan Nunung.

Semoga kehilangan Nunung tidak selamanya. Canda nunung bagi saya, barangkali bagi jutaan pasang mata lainnya, sangat dirindukan.

Ketika Nunung menangis penuh penyesalan, sebenarnya tidak saya perlukan. Lebih enak ditonton bila Nunung melawak. Tangisnya terasa sebagai sensasi daripada ironi kehidupan yang getir.

Dulu, sebelum Nunung, koleganya dari Grup Lawak Srimulat juga terlibat penyalahgunaan narkoba. Sebutlah nama seperti Kabul Basuki alias Tessy, Margono alias Gogon, Christian Barata Nugraha alias Polo, dan Sudarmadji alias Doyok. Mereka menjalani hukuman, dan dapat berkarya kembali sebagai komedian seperti Tessy.

Bukan hanya komedian yang terjerat kasus penyalahgunaan narkoba. Artis tenar seperti Roy Marten, sampai dua kali terlibat di tahun 2006 dan 2007.

Artis lain seperti Ridho Rhoma, Pretty Asmara, Marcello Tahitoe alias Ello, rapper Iwa K, turut menjadi korban. Ada pula yang menjalani rehabilitasi seperti Tora Sudiro, dan aktor Tio Pakusadewo.

Ke depan, jangan-jangan sejumlah artis lain menunggu gilirannya tertangkap tangan.

Terlepas dari drama sinetron saat selebritas tertangkap polisi, agaknya Nunung patut dipuji. Sejauh pengamatan saya, sampai kini belum ada komedian wanita lain di televisi yang dapat menandingi stamina Nunung.

Ini eranya Nunung. Komedian wanita lain, relatif susah bangkit, bahkan terkubur sebelum ketenaran sampai puncak.

Karena itulah, talenta Nunung dibutuhkan. Nunung dapat membuat kita lupa kerumitan politik mutakhir Tanah Air, berita hoaks yang sukar dibasmi, dan aneka problematik kehidupan yang kian menyiksa kita sebagai bangsa.

Nunung, saya meindukan candamu, bukan tangis penyesalan berurai air mata! Sayangnya, sekali lancung ke tujuan, apa guna sesal kemudian. (Mulia Nasution, penulis pernah bekerja sebagai jurnalis untuk The Jakarta Post, RCTI, Trans TV. Pernah bergiat menulis puisi, cerita pendek, novel, opini. Novelnya Rahasia Tondi Ayahku (Satria 2012, 321 hal). Kini bergerak di bidang problem solving, creative marketing, dan public relations)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Masuk Ancol On The Spot?

Megapolitan
Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Keseharian Galihloss di Mata Tetangga, Kerap Buat Konten untuk Bantu Perekonomian Keluarga

Megapolitan
Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Kajari Jaksel Harap Banyak Masyarakat Ikut Lelang Rubicon Mario Dandy

Megapolitan
Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Datang Posko Pengaduan Penonaktifkan NIK di Petamburan, Wisit Lapor Anak Bungsunya Tak Terdaftar

Megapolitan
Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Dibacok Begal, Pelajar SMP di Depok Alami Luka di Punggung

Megapolitan
Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Ketua DPRD DKI Kritik Kinerja Pj Gubernur, Heru Budi Disebut Belum Bisa Tanggulangi Banjir dan Macet

Megapolitan
Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Rampas Ponsel, Begal di Depok Bacok Bocah SMP

Megapolitan
“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

“Semoga Prabowo-Gibran Lebih Bagus, Jangan Kayak yang Sudah”

Megapolitan
Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Ketua DPRD: Jakarta Globalnya di Mana? Dekat Istana Masih Ada Daerah Kumuh

Megapolitan
Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Gerindra dan PKB Sepakat Berkoalisi di Pilkada Bogor 2024

Megapolitan
Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Anggaran Kelurahan di DKJ 5 Persen dari APBD, F-PKS: Kualitas Pelayanan Harus Naik

Megapolitan
Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Mobil Mario Dandy Dilelang, Harga Dibuka Rp 809 Juta

Megapolitan
Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura di Jakpus Prediksi Pendapatannya Bakal Melonjak

Megapolitan
Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Periksa Kejiwaan Anak Pembacok Ibu di Cengkareng, Polisi: Pelaku Lukai Tubuhnya Sendiri

Megapolitan
Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Fahira Idris Paparkan 5 Parameter Kota Tangguh Bencana yang Harus Dipenuhi Jakarta sebagai Kota Global

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com