Masih menyoal polusi, mari semua pihak berbenah diri. Perbanyak hutan kota, taman, atau apalah namanya agar bisa sedikit mengobati.
Ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi harga mati yang harus dipenuhi.
Kebalikan dengan industri yang kian pesat, luasan RTH justru semakin menyempit. Pada tahun 1965 luasan RTH di Jakarta semula mencapai 37,2 persen, lalu menyusut menjadi 25,85 persen pada 1985.
Jumlahnya semakin berkurang drastis, tinggal sembilan persen pada tahun 2000, sementara tahun ini tercatat 9,98 persen. Naik, meski tak sampai satu persen dalam kurun 20 tahun.
Pemulihan RTH
Di tengah semakin padatnya permukiman, perjuangan untuk mengembalikan hijaunya Jakarta bukan persoalan mudah pastinya. Namun, apakah harus berhenti begitu saja?
Pakar tata kota Nirwono Joga membeberkan banyak potensi RTH di Jakarta yang selama ini belum digarap maksimal oleh pemerintah. Di luar taman dan hutan kota yang sudah ada.
Pertama, koridor tepi bantaran kali yang bisa disulap jadi RTH. Tercatat, Jakarta punya setidaknya 13 koridor yang menyimpan mimpi untuk menjadikan Jakarta kembali asri.
Hitung aja, tepi Kali Mookervaart, Angke, Pesanggrahan, Krukut, Ciliwung, Sunter, Grogol, Baru Barat, Baru Timur, Cipinang, Buaran, Jati Kramat, sampai Kali Cakung.
"Koridor tepi bantaran kali ini punya keuntungan karena dekat sumber air, mudah ditata, dan mudah perawatannya," ujar pengajar Universitas Trisakti Jakarta itu.
Ada lagi, tepi bantaran rel kereta api (KA) yang menyimpan potensi RTH, tetapi belum banyak diolah. Jarak aman kiri-kanan sepanjang jalur rel membuat luasannya cukup melimpah.
Ruang di bawah kolong jembatan layang pun bisa dikelola untuk paru-paru kota. Surga bagi satwa di habitatnya, dan manusia juga pasti menikmati manfaatnya.
Jangan lupa, Jakarta juga kaya akan situ, danau, embung, dan waduk (SDEW) yang bisa dimanfaatkan sebagai RTH.
Jumlahnya pun tak sedikit, setidaknya ada 109 SDEW yang tersebar di berbagai titik.
Jika keberadaan SDEW dimaksimalkan sebagai RTH, seperti dibangun taman atau hutan mini maka akan menjadi tempat favorit bagi satwa liar untuk membangun habitatnya.
"Satu lagi, di kawasan pantai utara Jakarta. Kan masih belum dioptimalkan. Tanami dengan banyak pohon dalam radius 200-500 meter dari bibir pantai," tambah Nirwono.
Tak cukup itu, penanaman pohon di pesisir pantai itu ternyata sudah digalakkan di Jepang sebagai langkah antisipasi terhadap ancaman tsunami dan abrasi. Kapan lagi kita mau memulai?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.