Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Pemulung Bantargebang Tak Setuju PLTSa

Kompas.com - 01/08/2019, 18:08 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah pemulung di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Bantargebang, Bekasi, menilai fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) mengancam kelangsungan mata pencarian mereka.

"Saya kalau ditanya, pasti akan jawab tidak setuju. Karena PLTSa ini kan bahan bakunya sampah plastik, sedangkan kami sangat membutuhkan sampah plastik yang dijual supaya bisa makan," kata Karya (44) warga RW03 Ciketing, Bantargebang, di Bekasi, Kamis (1/8/2019), seperti Antara.

Menurut dia, ribuan pemulung saat ini menggantungkan hidup mereka pada sampah plastik di lima zona TPST Bantargebang.

"Saya biasanya bisa ambil 50 kilogram sampai 200 kilogram sampah setiap hari," katanya.

Baca juga: Bom Waktu TPST Bantargebang di Balik Ribut Anies-Bestari-Risma soal Sampah

Pemulung lainnya, Sukardi (51), mengaku resah dengan kehadiran PLTSa yang kini berdiri megah di sisi timur TPST Bantargebang.

Area produksi listrik berbahan bakar sampah itu layaknya sebuah pabrik yang memiliki bermacam alat produksi pembakaran sampah berteknologi termal yang mengolah sampah secara cepat, serta menghasilkan produk samping listrik.

"Sampah yang dibakar itu yang biasanya saya cari di sini. Misalnya, kemasan makanan, botol plastik, perabotan rumah tangga, atau kantong kresek," katanya.

Baca juga: Sampah Lama di TPST Bantargebang Akan Diolah Jadi Energi Pengganti Batu Bara

Omzet yang didapat Sukardi dari penjualan sampah plastik berkisar Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu per hari.

Sedangkan pengepul mampu mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah per bulan dari transaksi daur ulang menjadi bijih plastik.

Secara terpisah, Kepala Unit Pengelola Sampah Terpadu (UPST) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, meminta para pemulung tidak resah dengan aktivitas PLTSa.

Baca juga: 2021, Bantargebang Diprediksi Tak Mampu Tampung Sampah Jakarta

"Kalau PLTSa di Bantargebang hanya berkapasitas sampah 50-100 ton per hari. Bila dibandingkan sampah Bantargebang yang masuk 7.500 ton per hari, jumlahnya masih sangat kecil," katanya.

Selain itu PLTSa ini masih uji coba, tidak seperti PLTSa berskala besar yang bisa menghabiskan sampah dalam jumlah yang banyak.

PLTSa milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang bergulir sejak 25 Maret 2019, direncanakan selesai masa uji coba pada 2020 dan selanjutnya resmi beroperasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com