Acara itu rencananya akan kembali digelar pada 15-18 Agustus mendatang di Grand Indonesia, Jakarta, dan 24 Agustus di Bandung.
Komunitas Zero Waste Indonesia akan terus menggalakkan acara #TukarBaju yang dirintis sejak 4 Mei lalu.
Baca juga: Limbah Tekstil Diduga Cemari Saluran Air di Kebon Jeruk
Amanda mengatakan, Komunitas Zero Waste Indonesia mulanya hanya fokus pada penggunaan plastik sekali pakai. Komunitas itu kemudian menyadari bahwa banyak jenis sampah lain yang juga harus dikurangi, termasuk sampah fesyen.
"Akhirnya kami buatlah kampanye tentang sampah fesyen dan limbah tekstil," kata Amanda, Sabtu pekan lalu.
Ia menyampaikan, berdasarkan hasil riset global, 10 persen emisi karbondioksida berasal dari industri fesyen.
Setiap tahun, sekitar 50.000 ton pewarna kimia untuk kain dibuang langsung ke sungai tanpa pengolahan.
Karena itu, Komunitas Zero Waste Indonesia akan terus melakukan kampanye #TukarBaju sepanjang 2019 sebagai upaya untuk menyadarkan warga agar bijak menggunakan pakaian.
Selain itu, kampanye ini diharapkan menumbuhkan industri re-cycling kain demi mengurangi sampah fesyen dan limbah tekstil.
"Judul kampanye kami di awal adalah #TukarBaju sebagai solusi akan sampah fesyen dan limbah tekstil Indonesia," ujar Amanda.
Sebagai sebuah komunitas, tantangan terbesar Zero Waste Indonesia untuk mengadakan event #TukarBaju adalah sumber daya dan biaya. Dua tantangan itu tentunya berkaitan.
"Karena ini berbasiskan sukarela, tidak digaji, siapa sih orang mau capek buat event tapi enggak dibayar," kata Amanda.
Karena itu, Komunitas Zero Waste Indonesia berencana membuka toko #TukarBaju sebagai bisnis yang akan menghidupi komunitas mereka.
"Saya targetnya Desember 2019 sudah ada tokonya. Semoga tantangan-tantangan itu bisa diatasi," ucap Amanda.
Toko #TukarBaju akan memiliki sistem seperti acara yang sudah digelar. Penghasilan toko ini didapat dengan sistem keanggotaan.
"Sistemnya membership. Jadi, per bulan unlimited nih boleh nukar," kata Amanda.