Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Kebakaran yang Tewaskan Sekeluarga di Teluk Gong

Kompas.com - 06/08/2019, 09:13 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran melanda rumah toko (ruko) di jalan K Teluk Gong, Pejegalan, Penjaringan, Jakarta Utara pada Senin (5/8/2019) dini hari.

Kebakaran itu menghanguskan ruko yang menjual alat-alat sembahyang umat Budha.

Kanit Reskrim Polsek Metro Penjaringan, Kompol Mustakim mengatakan, peristiwa tersebut berasal dari korsleting arus listrik.

Berikut beberapa fakta mengenai kebakaran tersebut.

1. Tewaskan satu keluarga

Mustakim menyampaikan, kebakaran itu menewaskan sepasang suami istri berinisial Tn (45) JR (44) dan dua anak mereka, yakni EW (17) dan Ke (8).

Baca juga: Kebakaran di Teluk Gong, Sekeluarga Tewas

Arifin (45) salah seorang warga yang tinggal di depan rumah korban mengatakan, awalnya saat api baru menyala, ia sempat melihat Tn turun dari lantai dua rukonya membuka pintu ruko dan meminta pertolongan kepada warga.

"Terus masuk lagi, mungkin mau jemput istri sama anaknya kali, masih di dalam lantai dua, mungkin karena asapnya kebanyakan pingsan enggak bisa keluar," kata Arifin saat ditemui di lokasi, Senin siang.

Saat Tn berada di lantai dua menjemput anak istrinya, api membesar sehingga seluruh korban terjebak di sana.

2. Berpelukan

Setelah api padam pada pukul 02.15 WIB, petugas damkar dan petugas kepolisian masuk ke ruko tersebut dan menemukan keempat korban dalam kondisi hangus terbakar.

Saat ditemukan sekeluarga tersebut tampak berkumpul dalam kondisi berpelukan.

"Satu keluarga mereka. (Ditemukan dalam posisi) berpelukan," ujar Arifin.

Ia sempat menunjukkan sebuah foto yang memperlihatkan kondisi korban tersebut saat ditemukan oleh petugas.

3. Dua anak sempat diungsikan

Kebakaran itu terjadi kurang lebih dua jam setelah pemadaman yang dilakukan PLN pada hari Minggu (4/8/2019).

Arifin menjelaskan, sebelum peristiwa tersebut, Tn dan JR sempat membawa anak-anaknya itu ke rumah keluarganya saat pemadaman berlangsung.

"Jadi semalam itu pas mati lampu anak-anaknya itu dibawah tempat saudaranya, tapi pas listrik nyala dibawa pulang lagi," tuturnya.

Saat pulang dari rumah saudara, empat anggota keluarga tersebut sempat duduk di teras menyapa warga yang sedang berkumpul membicarakan pemadaman listrik.

Kemudian mereka naik ke lantai dua untuk beristirahat.

4. Anak sulung selamat

Kompol Mustakim menyebutkan, ada seorang anak yang selamat dalam musibah yang menimpa keluarga tersebut.

"Dia (anak sulung) baru datang dari Bandung. Anak kuliah di Bandung," ucapnya.

Mustakim menyampaikan, kala itu, anak tersebut tidak langsung pulang ke rumah karena kondisi listrik yang padam.

Sementara itu saat peristiwa terjadi, Arifin sempat melihat anak tersebut berteriak-teriak saat api melahap ruko tersebut.

"Saya sempat lihat itu ada yang teriak, 'papa, papa, keluar!.' Saya pikir ini siapa, soalnya jarang kelihatan. Ternyata anaknya bapak ini," ujarnya.

Anak itu kini dirawat oleh keluarganya yang lain.

5. Korsleting arus listrik

Kepolisian masih melakukan penyelidikan terhadap penyebab kebakaran tersebut. Dugaan sementara, kebakaran disebabkan korsleting arus listrik.

"Dugaan sementara itu dari listrik, korsleting, karena posisi itu ada yang melihat bahwa kabelnya itu di lantai dasar itu lepas dari lampu itu kebawah," jelas Mustakim.

Dari korsleting tersebut, api langsung menyambar alat sembahyang umat Buddha berbahan kertas yang dijual di ruko tersebut. Api kemudian cepat membesar.

6. Terali sulitkan pemadam

Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Utara, Satriadi Gunawan mengakui, adanya terali di ruko menyulitkan petugas melakukan evakuasi terhadap korban.

"Ya iya, karena kan pengen selamat tapi enggak selamat," kata Satriadi saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Berdasarkan pantauan Kompas.com di lokasi lantai dua ruko tersebut terpasang terali besi yang cukup rapat. Hanya ada satu pintu kecil yang berada di tengah-tengah terali.

Setelah tiba, petugas damkar melakukan pemadaman di lantai satu ruko secepat mungkin. Namun, setelah api padam, empat orang korban sudah tewas terbakar.

Satriadi menyampaikan, pihaknya tak bisa melarang warga yang tetap memasang terali di rumah mereka.

Namun, setidaknya warga menyiapkan sebuah jalur evakuasi apabila peristiwa seperti itu terjadi.

Hal ini dibutuhkan untuk mengurangi potensi terjadinya korban setiap adanya peristiwa kebakaran.

"Harus ada pintu exit, jangan ingin aman tapi enggak selamat," ujarnya.

Selain itu, ia menganjurkan agar warga menguasi mitigasi bencana kebakaran.

"Cari tempat terbuka, yang kedua tutup hidung dengan handuk basah biar dapat oksigen. Tapi jangan (melarikan diri) ke kamar mandi," jelasnya.

Satriadi menyebutkan, rata-rata korban kebakaran melarikan diri ke kamar mandi karena mengejar air yang ada di kamar mandi.

Padahal, kata dia, kamar mandi itu cenderung tertutup sehingga apabila asap sudah masuk ke kamar mandi korban bisa jatuh pingsan menghirup asap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com