Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sukses dan Kegagalan Kota-kota di Dunia Menerapkan Sistem Ganjil Genap

Kompas.com - 07/08/2019, 08:04 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

Nomor polisi dengan belakang 5-6 dilarang melintas Senin dan diberi stiker kuning, akhiran 7-8 untuk Selasa diberi stiker merah muda.

Akhiran 3-4 untuk Rabu dan berstiker merah, akhiran 1-2 untuk Kamis berstiker hijau, serta akhiran 9-0 untuk Jumat dan diberi stiker biru. 

Disebutkan bahwa pengaturan ini berhasil menurunkan kadar karbon monoksida (CO) hampir 11 persen.

Namun, dalam jangka panjang, orang akhirnya membeli lebih banyak mobil. Larangan ini menjadi tidak efisien dan level polusi kembali naik.

4. Bogota, Kolombia

Bogota memiliki kombinasi hari dan angka yang lebih ketat dalam pemberlakuan ganjil-genap. Hal ini membuat warganya tak dapat menghindari aturan dengan membeli lebih banyak mobil.

Namun, kebijakan tersebut tidak mengurangi polusi udara. Sebab, orang-orang akan lebih banyak mengemudi selama jam-jam sibuk untuk menghindari ganjil-genap.

Hal ini menunjukkan bahwa sistem ini hanya efektif jika diterapkan dalam jangka pendek.

5. Italia

Italia memberlakukan sistem ganjil-genap saat kualitas udaranya naik. Mobil-mobil pun dilarang melintas di jalanan Milan dan Roma. Milan dan Pavia saat itu melarang kendaraan melintasi jalan antara jam 10.00 hingga 16.00 selama tiga hari berturut-turut.

Baca juga: 5 Kota dengan Indeks Kualitas Udara Tahunan Terburuk di Dunia

Milan juga menawarkan potongan harga angkutan umum untuk meyakinkan orang-orang untuk beralih ke moda transportasi lain, seperti bus dan kereta api.

Sementara di Roma, warga dengan plat nomor ganjil diminta meninggalkan mobil mereka di rumah pada hari Senin dan mereka yang memiliki plat nomor genap dilarang pada hari Selasa.

Namun, penerapannya dilakukan dalam jangka pendek.

6. New Delhi, India

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberi peringkat udara di New Delhi sebagai yang paling kotor di dunia selama dua tahun berturut-turut pada tahun 2015.

Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk membatasi jumlah kendaraan unruk mengurangi tingkat polusi di kota. Penerapan ganjil-genap menjadi solusi yang diambil.

Sebagaimana dikutip dari media India, NDTV.com, kebijakan ini sudah beberapa kali diterapkan.

Baca juga: 6 Fakta Terkait Rencana Perluasan Sistem Ganjil Genap di DKI

 

Pertama, diimplementasi selama 15 hari pada 1-15 Januari dan tanggal 15-30 April tahun 2016.

Kemudian, pada November 2017, pengaturan ini kembali diberlakukan karena polusi yang masih buruk. Mobil bernomor ganjil diizinkan berjalan pada tanggal ganjil, sementara mobil genap hanya bisa berjalan pada tanggal genap.

Melihat kisah-kisah berbagai upaya banyak negara untuk menekan polusi, akankah Jakarta sukses menerapkan sistem ganjil genap? Yang pasti, polusi udara Jakarta harus segera ditekan jika warganya tak mau dihadapkan berbagai masalah kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com