Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluh Kesah Warga atas Perluasan Ganjil Genap di Jakarta

Kompas.com - 07/08/2019, 20:34 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ganjil genap diperluas ke sejumlah ruas jalan. Hal tersebut mendapat protes dari sejumlah warga, khususnya mereka yang sehari-hari membawa kendaraan pribadi.

Salah satunya pengemudi taksi online Ditya Saputro yang mengaku tak setuju dengan kebijakan itu. Sebab menurut dia, rute wilayah mencari penumpang akan semakin sempit.

"Loh iya, merugi lah. Coba bayangin biasa setiap hari dapat menarik lewat Gajah Mada, Senen. Eh sekarang enggak bisa, semuanya aja gak bisa. Terus jalur mana lagi yang bisa kami pakai," ujar Ditya di kawasan Senen Raya, Jakarta Pusat, Rabu (7/8/2019).

Namun, ia mengakui bahwa kebijakan pemerintah memang baik untuk mengurangi angka polusi udara.

Baca juga: Ganjil Genap di Jalan Tomang Raya, Warga: Mau Enggak Mau Patuh, Walau Berat

Ditya yang memiliki mobil dengan pelat nomor ganjil mengatakan, apabila sedang genap di Jakarta, maka dirinya akan mencari penumpang di kawasan Cikarang atau Depok.

"Yah saya mental-mental yang jauh aja paling supaya enggak kena ganjil genap. Biasanya juga gitu sih saya," katanya.

Sementara, Riski Said, pengemudi mobil yang kerap melintas di kawasan Senen mengatakan, perluasan ganjil genap tidak efektif untuk mengurangi polisi.

Sebab, pembelian mobil dan motor saat ini begitu mudah. Karena itu ia menyarankan agar pemerintah menekan angka produksi kendaraan. 

"Harusnya tuh sekarang yang diatur membatasi tiap kepala untuk beli kendaraan, kalau masih murah beli kendaraan mah kayal DP Rp 200.000 aja bisa beli motor, akan banyak orang yang beli," kata Riski.

Riski juga menyarankan agar pemerintah memberikan kantong-kantong parkir untuk kendaraan yang hendak beralih ke transportasi umum.

Baca juga: Pro dan Kontra Pengguna Jalan Tanggapi Perluasan Ganjil Genap

Kemudian, Fikri, pengemudi lainnya mengatakan, kebijakan perluasan ganjil genap ini membuat para pengemudi yang biasa naik transportasi online ke kantor kesulitan.

Sebab, menurut dia, transportasi umum jumlahnya di Jakarta belum banyak.

"Bayangin aja tiap hari naik kereta atau naik transjakarta pasti penuh kan kalau pagi. Coba ya mau pergi kerja terus penuh gitu, kan mendingan naik kendaraan pribadi atau naik online ya," katanya.

Sebelumnya, sebanyak 25 ruas jalan akan diberlakukan perluasan sistem ganjil genap, dari sebelumnya hanya 9 ruas jalan.

Sosialisasi ganjil genap dimulai dari 7 Agustus hingga 8 September 2019. Kemudian, uji coba di ruas jalan tambahan dimulai dari 12 Agustus sampai 6 September 2019.

Sementara pemberlakuan ganjil genap dengan tilang dimulai 9 September 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Kawal Aksi di Sekitar Gedung MK, 2.713 Aparat Gabungan Dikerahkan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang Sejak 9 April 2024

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Sudah Hilang Sejak 9 April 2024

Megapolitan
Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran 'Saudara Frame', Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Perempuan Menangis Histeris di Lokasi Kebakaran "Saudara Frame", Mengaku Ibu dari Korban Tewas

Megapolitan
Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Melonjak, Jumlah Pasien DBD di Jakbar Tembus 1.124 pada April 2024

Megapolitan
JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

JPO Cilincing yang Hancur Ditabrak Kontainer Diperbaiki, Biaya Ditanggung Perusahaan Truk

Megapolitan
Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Polisi Usut Penyebab Remaja di Cengkareng Gantung Diri

Megapolitan
Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Dari 7 Jenazah Korban Kebakaran Mampang, 2 di Antaranya Anak Laki-laki

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran 'Saudara Frame' ke RS Polri

Isak Tangis Iringi Pengantaran 7 Jenazah Korban Kebakaran "Saudara Frame" ke RS Polri

Megapolitan
Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Kebakaran Toko Bingkai Saudara Frame Padam, Arus Lalin Jalan Mampang Prapatan Kembali Normal

Megapolitan
Sebelum Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Sebelum Toko "Saudara Frame" Terbakar, Ada Percikan Api Saat Pemotongan Kayu

Megapolitan
Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Kondisi Karyawan Selamat dari Kebakaran Saudara Frame, Salah Satunya Luka Bakar Hampir di Sekujur Tubuh

Megapolitan
Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Polisi: Ada Luka di Dada dan Cekikan di Leher Jasad Perempuan di Pulau Pari

Megapolitan
144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

144 Kebakaran Terjadi di Jakarta Selama Ramadhan, Terbanyak di Jaktim

Megapolitan
Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Wanita Ditemukan Tewas di Dermaga Pulau Pari, Polisi Periksa 3 Teman Dekat Korban

Megapolitan
Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Cerita Warga Habiskan Uang Jutaan Rupiah untuk Bagi-bagi THR di Hari Lebaran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com