JAKARTA, KOMPAS.com — Tumpukan daun kelapa muda disandarkan ke tepi trotoar di belakang Pasar Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Di samping tumpukan daun kelapa muda itu tampak pedagang yang sedang sibuk memotong dan menganyam daun itu menjadi wadah ketupat.
Daun kelapa muda yang sudah dianyam menjadi ketupat diletakkan di samping mereka. Pemandangan ini biasa terjadi jelang Idul Adha 2019.
Para pedagang musiman ini mencari berkah Lebaran dengan menjual daun kelapa muda itu untuk wadah ketupat.
Salah satu pedagang ketupat di Rawasari, Aris Munandar, misalnya, mengatakan telah menginap dari Kamis (8/8/2019) malam untuk berjualan ketupat hari ini Jumat (9/8/2019).
Ia membawa 3.000 daun kelapa muda dari Leuwiliang, Bogor.
"Semalam saya bawa (kulit ketupat) naik pikap ke sini untuk jualan," ujar Aris di Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Pria dua anak ini mengaku telah berjualan kulit ketupat selama 13 tahun sejak ia masih lajang dari 2006.
Dia selalu memanfaatkan momen Idul Adha untuk meraup keuntungan lebih.
"Kalau permintaan sih banyak, namanya dagang musiman. Enakan dagang musiman, kalau musiman setahun sekali. Makanya orang lebih sering dagang musiman," ujar Aris.
Baca juga: Pemkot Pastikan Hewan Kurban di Bekasi Bebas Antraks
Aris melihat peluang usaha ini cukup menjanjikan. Dia pun rela membeli benih pohon kelapa untuk ditanam di kebun kosong belakang rumahnya.
Setiap Lebaran, dia langsung memanjat pohon untuk mengambil daun kelapa itu untuk dijual kembali.
"Saya ada 50 pohon kelapa di rumah, nah tiap pohon kelapa itu bisa saya ambil 300 daun kelapa. Lumayan buat jualan di beberapa titik," ujarnya tersenyum.
Aris menjual kulit ketupat dengan harga Rp 7.500 yang berisi 10 buah. Aris mengatakan, dia mendapat Rp 700.000 selama dua hari berjualan.
Siang ini sudah 300 ketupat yang dijual.
"Kalau dihitung bersihnya lumayan. Untungnya Rp 500.000 dua hari jualan," ujarnya.
Aris mengatakan, uang hasil berjualan akan digunakan untuk membiayai istri dan dua anak.
Baca juga: Belum Cukup Umur, Ratusan Hewan di Jakbar Tak Layak Kurban
Anaknya yang pertama masih duduk di sekolah menengah pertama (SMP) swasta di Bogor dan anak kedua masih berumur dua tahun.
"Lumayan buat tambah-tambah bayar uang sekolah anak, apalagi anak saya juga masih ada yang kecil mbak. Lumayan ya," kata Aris.
Aris mengatakan, selama berjualan kulit ketupat di Jakarta dirinya tidur di pinggir trotoar dengan beralaskan kardus.
Tujuannya agar dia bisa berjualan 24 jam di kawasan Rawasari itu.
Salah satu kendala yang dialami Aris selama berjualan di trotoar adalah aturan pemerintah. Aris mengaku pernah dilarang oleh pemerintah setempat untuk berjualan di kawasan itu.
"Soalnya katanya mengganggu orang jalan, jalanan jadi kotor, padahal ini kan enggak banyak orang juga yang lewat, lagian kami juga pedagang musiman," katanya.
Namun, setelah melakukan negosiasi dengan pemerintah setempat, akhirnya para pedagang diperbolehkan berjualan di kawasan itu.
"Dibolehin berdagang dengan syarat setelah dagang dibersihkan lagi sampah-sampah bekas kulit ketupatnya," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.