Keesokan harinya, ia dipanggil dan ditanyai oleh Kris yang menanyakan mengapa Bre tidak meliput acara tersebut. Tak lama kemudian ia dipanggil langsung oleh Pak Swan untuk menghadap.
Pak Swan kemudian menanyakan alasan mengapa Bre tidak meliput acara tersebut. Ia kemudian menjawab bahwa ia sedang flu.
"Saya ingat kata-kata Pak Swan, 'Wartawan, yang namanya sakit itu kalau kamu sudah terkapar di rumah sakit, itu baru yang namanya sakit'," ucap Bre sambil menirukan kata-kata Pak Swan kepadanya.
Setelah memarahi Bre habis-habisan, Pak Swan kemudian memerintahkannya untuk mendapatkan informasi mengenai acara tersebut. Bre lantas mendatangi rumah Rendra, agar bisa memberitakan acara yang sudah lewat itu.
"Seorang Wapemred begitu peduli dengqn acara kebudayaan, bahkan membaca puisi itu tidak ada dalam sejarah Kompas berikutnya. Seorang pimpinan dengan posisi setinggi itu peduli dengan pembacaan puisi," kata Bre.
"Pimpinan redaksi untuk koran nasional seperti Kompas atau koran atau majalah lain pasti dipikir acara yang penting itu adalah acara Soeharto pidato, pejabat. Kompas tidak, bahwa acara pembacaan puisi seperti itu penting," kata Bre.
Nilai itulah yang dipegang Bre selama bertahun-tahun, hingga akhirnya pensiun sebagai wartawan pada 2017 lalu.
Baik Nur maupun Bre sepakat bahwa Kompas merupakan rumah pertama bagi Pak Swan, melebihi rumah tempat tinggal dengan keluarganya sendiri.
Lebih dari separuh hidup Pak Swan ia habiskan untuk membaca dan menulis di ruang kantor redaksi Kompas.
Bahkan ia rela berhari-hari tidak pulang menghabiskan waktunya di dunia jurnalistik.
Kini Pak Swan sudah beristirahat dengan tenang. Meski jasadnya tidak lagi hadir, namun semangat dan tulisan-tulisannya akan selalu hidup. Selamat jalan, Pak Swan...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.