Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisi Gelap Tradisi Panjat Pinang di Hari Kemerdekaan Indonesia

Kompas.com - 12/08/2019, 06:06 WIB
Anastasia Aulia,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

Pemusik Harry Roesli kepada harian Kompas juga pernah menyuarakan kontra terhadap perlombaan panjat pinang.

Menurut dia, ada kenyataan "kelas sosial" di lingkungan masyarakat pada perayaan kemerdekaan. Orang kaya cenderung hanya menyumbang saja dan tidak ikut kegiatannya.

Baca juga: Keseruan Panjat Pinang di Kalimalang

"Kalaupun ikut kegiatannya paling-paling hanya ikut pertandingan catur saja. Sementara dalam proses bergaul itu sebenarnya ada isi hati lain. Si orang kaya menyumbang supaya ia bisa hidup aman di lingkungan itu. Supaya tidak ada yang menjarah hartanya," tutur Harry seperti dikutip pada harian Kompas, 18 Agustus 2002.

Selain itu, penebangan besar-besaran hanya untuk acara hiburan sekali setahun itu tidak seimbang dengan nilai lingkungan.

Karena pertumbuhan pohon pinang cenderung lambat. Sebatang pinang baru layak ditebang untuk keperluan perlombaan setelah ia berusia 30 tahun.

Hanya dari batang pinang setua itu bisa dibuat tiang lomba berukuran ideal, yakni tinggi antara 8-12 meter dan diameter 43 - 60 centimeter.

Masalah lain yang ditimbulkan yaitu belum tentu seluruh batang pinang yang ditebang laku terjual dan digunakan. Pertumbuhan pohon pinang cenderung kalah cepat dengan permintaan konsumen.

Dengan perayaan yang diadakan dari Sabang sampai Marauke, bayangkan saja berapa banyak batang pinang yang ditebang dan membusuk secara sia-sia karena tidak laku terjual.

Melalui penelusuran Kompas.com pada arsip harian Kompas, pada tahun 1970-an batang pinang di DKI Jakarta masih banyak dipasok dari daerah sekitar Ibu Kota, seperti Bogor, Citayam dan Pondokgede.

Namun sejak awal 1980-an batang pinang harus didatangkan dari daerah-daerah yang jauh seperti dari Sukabumi, Purwakarta, Serang dan Lampung.

Bahkan kini pemasok batang pinang dapat dibilang cukup sulit dan harganya pun menjadi mahal. Kelangkaan ini diperparah dengan kurangnya usaha peremajaan dan pembudidayaan pohon pinang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Diberi Mandat Maju Pilkada DKI 2024, Ahmed Zaki Disebut Sudah Mulai Blusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Polisi Tangkap 4 Remaja yang Tawuran di Bekasi, Pelaku Bawa Busur dan Anak Panah

Megapolitan
Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Cerita Lupi Tukang Ojek Sampan Didera Perasaan Bersalah karena Tak Mampu Biayai Kuliah Anak

Megapolitan
Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Berniat Melanjutkan Studi ke Filipina, Ratusan Calon Mahasiswa S3 Malah Kena Tipu Puluhan Juta Rupiah

Megapolitan
MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

MRT Lanjut sampai Tangsel, Wali Kota Benyamin: Diharapkan Segera Terealisasi

Megapolitan
Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Teka-teki Perempuan Ditemukan Tewas di Pulau Pari: Berwajah Hancur, Diduga Dibunuh

Megapolitan
Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Tragedi Kebakaran Maut di Mampang dan Kisah Pilu Keluarga Korban Tewas...

Megapolitan
Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Nasib Jesika Jadi Korban Kebakaran Toko di Mampang, Baru 2 Hari Injakkan Kaki di Jakarta

Megapolitan
Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Kejati DKI Belum Terima Berkas Perkara Firli Bahuri Terkait Dugaan Pemerasan terhadap SYL

Megapolitan
Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Belajar dari Kasus Sopir Fortuner Arogan, Jangan Takut dengan Mobil Berpelat Dinas...

Megapolitan
7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang Telah Dipulangkan

7 Jenazah Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang Telah Dipulangkan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

[POPULER JABODETABEK] 7 Orang Tewas Terjebak Kebakaran Toko Saudara Frame | Serba-serbi Warung Madura yang Jarang Diketahui

Megapolitan
3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' di Mampang adalah ART

3 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" di Mampang adalah ART

Megapolitan
Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Staf Khusus Bupati Kediri Ikut Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

4 dari 7 Korban Kebakaran Toko Bingkai di Mampang adalah Satu Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com