BEKASI, KOMPAS.com - Parji (53) rela meninggalkan sementara pekerjaan utamanya sebagai pedagang bakso demi mengepul kulit kambing kurban.
Untuk menjalani usaha sampingan itu, warung baksonya di Jalan Rawa Bambu Bulak, Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi ia sulap jadi lapak pengepulan kulit kambing kurban selama satu hingga dua pekan.
Senin (12/8/2019) sore, warung alias lapak itu tampak sibuk. Sejumlah pria yang merupakan kerabat Parji bergotong-royong memindahkan tumpukan kulit-kulit kambing yang masih menyatu dengan bulunya ke mobil boks.
Lumuran garam kasar bak pasir pantai menyelimuti lantai warung Parji. Garam tersebut jadi pengawet alami guna memperlambat pembusukan kulit-kulit itu.
Baca juga: Mengintip Tempat Pengepulan Kulit Hewan Kurban di Bekasi
"Kami pengepul saja, sudah musiman," ucap Parji kepada Kompas.com.
Ia menyatakan hanya menerima kulit kambing. Kulit sapi, kata dia, repot dibawa.
"Kambing, domba.... dia bulunya agak tebal, Rp 15.000 saya ambilnya. Kambing jawa Rp 10.000," kata Parji.
Ia pun tak mempersoalkan jika kulit kambing yang ditawarkan warga kepadanya dalam kondisi tidak utuh.
"Sobek masih saya terima, Rp 5.000 gitu," imbuhnya.
Parji mengaku bisa menghabiskan Rp 50 juta sebagai modal untuk menghimpun kulit-kulit tersebut. Biaya tersebut sudah termasuk ongkos beli garam sekitar Rp 8-10 juta atau setara 5 ton untuk melumuri kulit-kulit kambing yang bisa muat 2-3 mobil boks itu.
Parji sendiri tak perlu berkeliling masjid. Warga yang mampir ke warung Parji, menawarkan kulit kambing.
Dari sana, ia mendistribusikan kulit-kulit tersebut ke pengepul lain yang skalanya lebih besar di Bandung, Jawa Barat. Kulit-kulit kambing kurban hanya bertahan sekitar 2-3 hari di warungnya.
"Yang domba dijual Rp 20.000," sebut Parji.
Parji ogah merinci total omzetnya dari usaha sampingan itu.
Parji menarget keuntungan Rp 5.000 per lembar kulit yang ia beli seharga Rp 15.000. Artinya, ia meraup laba setara sepertiga dari modal yang dikucurkan.