"Enggak pernah dengar kalau ada aborsi. Pernah ada ibu hamil yang perawatan sesar di sini. Sesarnya sih di tempat lain," ujar Iwan (55) pemilik toko kelontong yang terpaut 50 meter dari klinik saat ditemui Kompas.com, Senin.
Warga mengaku, klinik merangkap rumah bersalin yang telah beroperasi dua tahun itu sehari-hari dikunjungi para pasien dengan keluhan umum. Iwan mengaku pernah beberapa kali berobat di sana jika terserang demam, namun merasa ongkos berobat di sana agak mahal.
Baca juga: Warga Tak Curigai Klinik Aborsi di Tambun Selama Dua Tahun Beroperasi
"Biasa lah, pasien demam berdarah, usus buntu, kencing batu. Klinik biasa, misalnya situ panas, dirawat gitu," kata dia.
"Kalau orang kampung lagi banyak berobat, di sini ramai, ibaratnya nemenin," imbuh Iwan.
Beni (50), pedagang bebek goreng yang lokasinya persis di seberang Klinik Aditama juga heran jika klinik tersebut melakukan praktik aborsi ilegal. Ia mengaku sering mengantarkan makanan ke klinik tersebut dan tak pernah menjumpai sesuatu yang mencurigakan.
"Obat-obatan sama kamar saja. Enggak ada yang mencurigakan. Dengar-dengar doang kemarin pasiennya dibawa (polisi), tiba-tiba digrebek saja," kata Beni.
Pemilik Klinik Aditama Medika, HF mengaku baru kali ini kliniknya menangani tindakan aborsi selama tiga tahun beroperasi.
"Itu juga karena menolong karena katanya sudah pendarahan," kata HF.
Di sisi lain, pelaku aborsi, HM, mengaku datang ke klinik ini karena mendapatkan rekomendasi dari WS, teman dekatnya yang ikut dicokok polisi, saat dirinya meminta saran klinik yang sanggup melakukan aborsi. Diantar WS, HM merogoh kocek sebesar Rp 5.500.000 untuk mengaborsi janin di kandungannya.
Dikonfirmasi terpisah, Kapolsek Tambun mengaku pihaknya belum dapat memastikan apakah praktik aborsi ilegal di klinik itu benar-benar baru sekali terjadi atau sudah jadi praktik terselubung.
“Kita belum mendapatkan informasi lagi apakah klinik itu pernah menjalani rangkaian praktik aborsi ilegal sebelumnya atau tidak,” ujar Rahmad.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.