Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

32 EWS Merapi Dibunyikan saat 17 Agustus, Warga Diimbau Tidak Panik

Kompas.com - 14/08/2019, 12:22 WIB
Angga Setiawan,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman berencana menyalakan sirine Early Warning System (EWS) Gunung Merapi saat peringatan HUT ke-74 RI pada 17 Agustus mendatang.

Pembunyian EWS sebagai sistem peringatan dini potensi bencana alam tersebut dilakukan bertepatan dengan peringatan detik-detik proklamasi 17 Agustus yang jatuh pada pukul 10.00 WIB.

Oleh karenanya, warga diimbau tidak panik apabila sirine EWS tersebut dibunyikan.

Kasi Mitigasi Bencana BPBD Sleman Joko Lelono mengatakan pembunyian EWS tersebut merupakan perintah langsung dari Kalak BPBD Sleman.

Mekanisme pembunyian EWS tersebut nantinya akan dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang dilakukan di Kecamatan Turi, Pakem, Cangkringan dan Ngemplak Kabupaten Sleman.

"Untuk pembunyian EWS akan dilakukan bertepatan dengan detik-detik proklamasi pada pukul 10.00 WIB," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (14/8/2019).

Baca juga: 17 Agustus, WR Supratman dan Lagu Indonesia Raya

Teknisnya, sewaktu Inspektur Upacara membacakan detik-detik proklamasi, Kalak BPBD Sleman akan memerintahkan para penjaga operator untuk membunyikan sirine EWS selama 1 menit dengan menggunakan HT.

"Untuk EWS yang tidak ada penjaganya, BPBD akan menggunakan aplikasi yang sudah disiapkan," ujarnya lagi.

Jumlah EWS yang akan dibunyikan serentak, imbuhnya sebanyak 32. "Kita imbau kepada masyarakat agar tidak panik," kata Joko.

Lebih lanjut, pihaknya menegaskan telah mengajak sejumlah elemen masyarakat dan unsur Muspika terkait pelaksanaan kegiatan pembunyiaan EWS tersebut.

"Kalau sosialisasi ke masyarakat sudah," imbuhnya.

Merapi Masih Waspada

Sementara itu, awan panas guguran erupsi Gunung Merapi kembali terjadi, Rabu (15/8/2019) pada pukul 04.52 WIB. Jarak luncurnya hingga 950 meter ke arah hulu sungai Gendol.

Awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo maksimum 50 mm dan durasi ±95.80 detik.

Gunung Merapi yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta ini masih ditetapkan status level II atau 'Waspada' sejak 21 Mei 2018.

Baca juga: 17 Agustus, Berikut 5 Film Bertema Nasionalisme yang Wajib Ditonton

Dari catatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Gunung Merapi telah mengalami 10 kali gempa guguran, 1 kali gempa hembusan, 1 kali gempa low frequency, 1 kali gempa Hybrid/fase banyak dan 2 kali gempa Tektonik jauh.

"Karena waspada, kegiatan pendakian Merapi sementara tidak direkomendasikan kecuali untuk kepentingan penelitian terkait upaya mitigasi bencana," ucap Agus Wibowo, Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB seperti dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (14/8/2019).

Selain itu, radius 3 km dari puncak diminta dikosongkan dari aktivitas penduduk.

"Untuk masyarakat yang tinggal di kawasan Rawan Bencana III dimohon untuk tetap meningkatkan kewaspadaan terhadap aktivitas Gunung Merapi," imbaunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal 'Fogging' buat Atasi DBD di Jakarta

Pemprov DKI Diingatkan Jangan Asal "Fogging" buat Atasi DBD di Jakarta

Megapolitan
April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

April Puncak Kasus DBD, 14 Pasien Masih Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com