JAKARTA, KOMPAS.com - Puluhan kayu dari pohon pinang terlihat tergeletak tidak beraturan di taman yang berkawasan di jalan Manggari Utara, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (16/8/2019).
Batang pinang tersebut terlihat sudah dimodifikasi sedemikian rupa. Seluruh bagian batang pinang pun diserut hingga halus dan di bagian ujung ditambahi bambu yang melingkar.
Model seperti ini pasti sudah tidak asing lagi bagi warga yang akrab dengan acara lomba perayaan hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus. Pasalnya, batang kayu ini sering dijadikan alat untuk lomba panjat pinang.
Baca juga: Sisi Gelap Tradisi Panjat Pinang di Hari Kemerdekaan Indonesia
Batang pinang ini ternyata sudah dipajang di sana sejak sebulan sebelumnya.
Hal itu dikatakan Randa, salah satu penjual pohon pinang saat ditemui di lokasi.
Namun sejak berjualan, kayu yang berhasil di jual Randa hanya berkisar sembilan sampai sepuluh dari puluhan kayu yang terpajang.
Akibatnya, hingga saat ini dia belum bisa mengembalikan modal.
"Untung sama modal saja sekarang belum ketemu. Modal belum balik," ujar Randa.
Baca juga: Batang Pinang Mahal, Warga Pilih Bambu Betung untuk Lomba Panjat 17-an
Randa mengtakan per batangnya dijual sebesar Rp 500.000 hingga Rp 800.000. Harganya pun dibedakan berdasarkan ukuran batang.
Walaupun dia tidak tahu berapa modal yang digelontorkan karena tugasnya hanya menjual barang milik saudaranya, dia tetap merasa jika hasil yang didapatkan sejauh ini belum seberapa.
"Enggak tentu laku berapa, ya ikhtiar saja namanya juga usaha," ucap dia.
Dia menjelaskan beberapa faktor berkurangnya pembeli batang pohon pinang. Salah satunya yakni bertepatan dengan hari Lebaran Idhul Adha beberapa waktu lalu.
"Jadi orang banyak yang fokus untuk keperluan Lebaran. Jadinya untuk beli ini sudah sedikit yang beli," ucap dia.
Terlebih tanggal 20 Agustus nanti para pedagang sudah harus pindah dari lokas tersebut terlepas lalu atau tidak lakunya barang dagangan.
Namun dia masih optimis jika sampai tabggal 20 barang dagangannya ini akan habis dan bisa balik modal.
"Ya ikhtiar aja namanya juga usaha," tutup dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.