Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Bekasi Gabung Jakarta, JJ Rizal Sebut sebagai Momen Bentuk Masterplan Jabodetabek Bopunjur

Kompas.com - 20/08/2019, 16:43 WIB
Dean Pahrevi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejarawan JJ Rizal menilai wacana bergabungnya Bekasi ke dalam wilayah administrasi DKI Jakarta menjadi momentum bagi pemerintah untuk membuat masterplan yang meliputi Jabodetabek Bopunjur (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi Bogor-Puncak-Cianjur).

Dia mengatakan, konsep megapolitan Jabodetabek Bopunjur sebelumnya pernah dicanangkan Presiden pertama RI Soekarno. Konsep itu dicanangkan untuk merespons sekaligus menjawab tantangan perubahan zaman.

"Justru sekarang ada kesempatan membuat masterplan besar yang meliputi Jabodetabek Bopunjur makannya harus lebih besar lagi, jadi jangan hanya Bekasi teruskan sampai Puncak, Cianjur. Harus diluaskan wacananya, dihidupakan kembali konsep megapolitan yang dibayangkan bung Karno yang namanya 'The Greater Jakarta'," kata JJ Rizal saat dihubungi Kompas.com, Selasa (20/8/2019).

Menurut dia, Jakarta sebagai Ibu Kota negara seharusnya bisa menjadi percontohan kota metropolitan yang bisa menjawab tantangan zaman.

Baca juga: Wacana Bekasi Gabung Jakarta, Kemendagri Sebut Pemekaran Wilayah Dihentikan Sementara Sejak 2014

Wilayah sekitar Jakarta, seperti Bekasi, Tangerang, Depok, dinilai belum bisa disebut sebagai 'kota' untuk warganya.

Hal itu, Rizal lihat berdasarkan APBD masing-masing yang sangat kecil, berbanding terbalik dengan jumlah penduduknya yang terus bertambah.

"Harusnya Jakarta tuh menjadi percontohan bagaimana menuju kota metropolitan yang bisa menjawab tantangan zaman, misalnya tantangan ekologis, tantangan humanis kota yang ramah orang begitu ya," ujarnya.

"Kalau kita masuk Kota Bekasi, apakah bisa tampak sebagai sebuah metropolitan? Kan enggak. Antara sub-urban dan urbannya kayak ada jurang seperti di Depok, Tangerang. Itu terjadi karena ketidakadilan APBD menurut saya," lanjut JJ Rizal.

Dia menilai, saat ini wilayah di sekitar Jakarta belum ada yang bisa disebut sebagai 'kota'. Hal itu disebabkan tidak adanya perencanaan atau masterplan yang matang.

Untuk itu, isu bergabungnya Bekasi ke Jakarta bisa dijadikan momentum bagi pemerintah untuk membuat masterplan konsep megapolitan yang meliputi Jabodetabek Bopunjur.

Baca juga: Terkait Isu Bekasi Gabung Jakarta, DPRD Disarankan Gelar Dialog Publik

Sebelumnya, Beberapa hari ke belakang, isu pemekaran provinsi Bogor Raya mengapung ke permukaan. Ide ini tercetus mulanya dari perbincangan Wali Kota Bogor Bima Arya dan Bupati Bogor Ade Yasin.

Dalam gagasan tersebut, Ade Yasin berencana mengajak 10 kota dan kabupaten untuk turut bergabung dalam provinsi anyar itu, yakni Kabupaten Bogor, Bogor Barat, Bogor Timur, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Cianjur, Depok, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com