Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uang Pelicin di Balik Alasan Kampus Jadi Surganya Bandar Narkoba

Kompas.com - 22/08/2019, 17:51 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Walda Marison,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Charlie, alumni dan mantan bandar narkoba di sebuah universitas di Jakarta mengaku bisa meraup keuntungan hingga puluhan juta dalam sebulan tranksaksi narkoba. Hal tersebut diungkapkan Charlie dalam wawancara eksklisif bersama Kompas.com.

Charlie mengatakan, dia pernah menjual 2 kilogram narkoba jenis sabu dan ganja kepada mahasiswa dalam sehari. Dalam sehari, ia bisa meraup keuntungan Rp 2-3 juta.

"Dulu aku di kampus itu bisa sekitar 2 kilogram habis (dijual) satu hari," ujar Charlie yang mengaku mendapat uang tunai yang disebutnya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan foya-foya.

Dari uang hasil menjual narkoba itu, Charlie sering berpindah-pindah hotel mewah di Jakarta.

Baca juga: Kisah Charlie, Mahasiswa yang Terjun ke Dunia Hitam Jadi Bandar Ganja di Kampus

 

"Gua bisa hidup mewah. Ke mana-mana gua jalanin. Jakarta, hotel mana (yang belum) gua tidurin? Karena aku merasa hidup tidak nyaman, pindah-pindah hotel, karena punya duit kan," kata dia.

Selain itu, lanjut Charlie, keuntungan hasil penjualan narkoba juga dibagikan kepada petugas keamanan dan karyawan yang bekerja di kampus seperti tukang kebun dan office boy (OB).

Uang pemberian tersebut diharapkan dapat membungkam mereka sehingga ia dapat mengedarkan narkoba ke kampus tanpa diketahui pihak kepolisian.

Baca juga: Ini Sebabnya Ganja Jadi Narkoba yang Paling Banyak Dipasarkan ke Mahasiswa

Seorang petugas keamanan kampus dapat menerima Rp 100.000, sementara itu karyawan kampus lainnya menerima Rp 50.000 dalam sekali transaksi jual beli narkoba.

"Aku ngebagi lagi. (Bagi) dari sekuriti kampus sampai OB, sampai pembersih kampus, tukang kebun, semuanya 'kusiram'. Itu yang buat mereka nutup mata. Mereka tahu, tapi pura-pura enggak ngeliat aja," ucap Charlie.

"Beberapa kali aku dengar selentingan di depan kampus ada yang tanya aku, sekuriti membelokkan. Beliau menjaga saya juga kan, mungkin dia pikir saya aset juga, kan," lanjutnya.

Penyesalan Charlie

Cukup lihai sebagai bandar ganja di kampus selama bertahun-tahun, nyatanya Charlie menyimpan banyak penyesalan. Mulai dari hidup yang tidak tenang, hingga penyakit yang ia derita akibat efek ganja yang memabukkan.

Rasa takut juga dialami Charlie. Bagaimana tidak, ketika setorannya kepada bos di dalam penjara seret, setiap hari Charlie harus menanggung risiko dibuntuti orang-orang suruhan si bos.

"Jadi pernah bos ku nurunin 100 kilogram, aku setoran cuma 50 kilogram. Nah aku dicari-cari, dia (bos) bayar orang. Aku enggak (berani) keluar keluar kampus, ku tunggu saja di dalam," ucap Charlie.

KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI Negeri Darurat Narkoba

Sebagai bandar ganja, Charlie tentu tak pernah absen mengonsumsi narkoba yang dia jual di kampus. Tak pelak, tubuhnya pun terkena dampak negatif dari ganja setelah ia pensiun menjadi pengedar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Basarnas Resmikan Unit Siaga SAR di Kota Bogor

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 ke Filipina, Total Kerugian Hingga Rp 6 Miliar

Megapolitan
Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Farhat Abbas Daftar Jadi Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Siswa SMP di Palmerah Ditemukan Gantung Diri di Kamarnya

Megapolitan
Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Selain ke Gerindra, Sekretaris Pribadi Iriana Jokowi Juga Mendaftar Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Keluarga Pemilik Toko Bingkai 'Saudara Frame' yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Keluarga Pemilik Toko Bingkai "Saudara Frame" yang Kebakaran Dikenal Dermawan

Megapolitan
Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Ratusan Orang Tertipu Beasiswa S3 di Filipina, Percaya karena Pelaku Pernah Berangkatkan Mahasiswa

Megapolitan
 Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Aksi Lempar Botol Warnai Unjuk Rasa di Patung Kuda

Megapolitan
Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran 'Saudara Frame' Satu Keluarga atau Bukan

Polisi Belum Bisa Pastikan 7 Korban Kebakaran "Saudara Frame" Satu Keluarga atau Bukan

Megapolitan
Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Demo di Depan Kedubes AS, Koalisi Musisi Bersama Kontras Tuntut Kemerdekaan Palestina

Megapolitan
Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Massa Gelar Demo di Patung Kuda, Tuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com