JAKARTA, KOMPAS.com - Tatapan matanya cerah dan berseri-seri. Kulitnya yang berwarna putih kekuningan membalut setiap bagian tubuh mungilnya.
Helai-helai rambut putih nan tebal membingkai wajahnya yang berbentuk oval. Bibir tipisnya tak pernah berhenti menyunggingkan senyuman.
Itulah ciri-ciri yang tepat untuk menggambarkan Oma A Lian, wanita berusia 74 tahun yang telah dua bulan menetap di Panti Werdha Wisma Mulia.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, ia memilih untuk tinggal di panti werdha bersama dengan orang-orang lanjut usia (lansia) lainnya yang sepantar dengannya.
Banyak cerita yang A Lian dengar tentang risiko tinggal seorang diri sebagai lansia. Ia sendiri pernah melihat temannya jatuh sakit namun tidak ada yang bisa menolong karena tinggal seorang diri.
Baca juga: Lebih dari 1.300 Lansia Telantar Dirawat di Panti Sosial Milik Pemprov DKI
Hal itulah yang melatarbelakangi keputusan A Lian untuk menetap di panti werdha.
"Makanya aku lihat itu takut. Jadi aku begini aja," tuturnya.
Sebelumnya, Oma A Lian tinggal di daerah Angke, Jakarta Barat. Setelah menjual rumahnya, ia memilih Panti Werdha Wisma Mulia karena lokasinya yang cukup dekat.
Saat masih muda, perempuan kelahiran Lampung ini bekerja sebagai pengajar Bahasa Mandarin di Sukabumi, kota tempat ia dibesarkan. Setelah pindah ke Jakarta dan berkeluarga, ia berhenti bekerja untuk fokus mengurus keluarga.
Kini, anaknya telah tinggal dan bekerja bertahun-tahun di Amerika.
"Anak aku ada di luar negeri. Dia enggak mau pulang."
Sampai saat ini, A Lian masih rutin berkomunikasi dengan teman-temannya melalui aplikasi WhatsApp. Hal itu diakui karena dirinya suka berbaur dan melakukan banyak aktivitas.
"Aku demen gaul, aktif. Aku ada kumpulan teman, kalau karaoke aku ikut. Kalau ada apa aku masih ikut," ujar A Lian.
Selain itu, bersosialisasi di usianya saat ini dirasa bisa membantu otak dan tubuhnya agar terus diasah.
Baca juga: Lansia Produktif di Jakarta Dapat Bantuan untuk Usaha
"Jadi aku biar sendirian tapi aku aktif. Enggak mudah pikun. Cuma terlalu pakai otak kalau sudah tua juga susah."
Selayaknya lansia pada umumnya, A Lian juga tidak terhindar dari penyakit. Meski begitu, ia merasa bahwa tubuhnya termasuk sehat untuk golongan lansia.
Ketika dibawa untuk berobat di rumah sakit, sebagian besar organ dan saraf dalam tubuhnya dinyatakan masih sangat sehat.
Satu-satunya penyakit yang dideritanya hanyalah rematik dan saraf telinga yang tidak seimbang. Penyakit tersebut menurunkan berat badannya secara drastis hingga 18 kilogram.
Ia sangat menyayangkan hal tersebut karena sejak muda ia sudah sangat berusaha untuk memelihara kesehatan tubuhnya.
"Aku sudah jaga-jaga puluhan tahun, tapi tetap kena rematik," katanya.
Menurut A Lian, tembok di rumah lamanya sangat lembab setelah ditinggali bertahun-tahun dan memicu penyakit rematik.
Ia mengakui bahwa pengetahuannya mengenai penyakit rematik sangat terbatas. Oleh sebab itu, ia tidak sempat mengantisipasi hal tersebut.
Masa-masa awal dirinya terdeteksi rematik, A Lian mengaku dirinya mengalami kesakitan, terlebih ketika kakinya membengkak. Namun, saat ini kedua kaki Oma A Lian sudah jauh lebih baik dan masih bisa dipakai untuk beraktivitas dengan lancar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.