JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merevitalisasi trotoar di 31 ruas jalan protokol, arteri, dan jalan penghubung yang dilayani atau terintegrasi transportasi umum.
Revitalisasi trotoar sepanjang 14 kilometer di 10 ruas jalan telah dimulai tahun ini. Progres pengerjaannya rata-rata 30-35 persen dan ditargetkan rampung akhir Desember mendatang.
Revitalisasi trotoar tahun ini memakan anggaran Rp 275 miliar.
Baca juga: Revitalisasi Trotoar Kemang Capai 25 Persen, Diperkirakan Rampung Desember 2019
Sementara pada 2020, Pemprov DKI akan merevitalisasi trotoar sepanjang 47 kilometer di 21 ruas jalan.
"Di 2020, kami merencanakan anggaran sekitar hampir Rp 1,1 triliun, itu karena agak banyak," ujar Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho, Selasa (27/8/2019).
Hari menjelaskan, penataan trotoar di setiap wilayah memiliki konsep yang berbeda, disesuaikan dengan karakteristik masing-masing lokasi.
Namun, secara umum, ada ketentuan dasar yang akan dikerjakan dalam penataan trotoar di semua wilayah, seperti konsistensi lajur, ada boks utilitas, hingga dilengkapi tanaman penyerap polutan.
Hari menjelaskan, banyak ruas jalan yang memiliki lajur berbeda. Misalnya, satu segmen ruas jalan memiliki empat lajur. Namun, pada segmen berikutnya di ruas jalan tersebut, hanya ada tiga lajur. Penyempitan lajur ini menimbulkan kemacetan.
Karena itu, Dinas Bina Marga akan membuat lajur pada sebuah ruas jalan konsisten atau sama. Pada ruas jalan yang memiliki empat lajur, satu lajur paling kiri akan dijadikan trotoar. Dengan demikian, ruas jalan tersebut memiliki lajur yang konsisten, yakni tiga lajur.
"Kan kadang ada di sananya tiga (lajur), kemudian di sininya empat, makanya kita konsistensi lajurnya dulu. Yang empat kita ambil satu (menjadi trotoar)," kata Hari.
Penataan trotoar dilakukan sekaligus menata jaringan utilitas. Karena itu, boks utilitas dibangun di bawah trotoar yang direvitalisasi.
Baca juga: DKI Minta Proyek Revitalisasi Trotoar Disiram Air agar Tak Perburuk Kualitas Udara Jakarta
Semua kabel utilitas yang menggantung harus dipindahkan ke bawah, dimasukan ke boks utilitas yang ada di bawah trotoar.
"Begitu kami memperbaiki sistem peningkatan di jalur pedestriannya itu, otomatis kabel yang di atas kami turunkan ke bawah. Jadi, kami sudah siapkan manhole (boks utilitas) dan ducting-nya," ucap Hari.
Dinas Bina Marga juga akan menyiapkan ruang untuk ditanami tanaman penyerap polutan. Hal itu merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan polusi udara Jakarta.
"Pada trotoar yang memiliki ruang tanam, akan dilengkapi dengan tumbuhan yang berdaya serap karbon tinggi guna meminimalisasi polusi di wilayah sekitar, sekaligus sebagai penunjang estetika kota," ujar Hari.