Warga yang tinggal di kawasan Cempaka Baru tersebut berasal dari berbagai suku dan agama.
Ia bahkan menunjukkan bahwa lokasi masjid itu sendiri dikelilingi warga yang berbeda-beda kepercayaan.
"Di sini emang banyak, suku Batak, suku Tionghoa, Jawa, Padang. Agamannya juga beda-beda, islam, kristen," ujar dia.
Puluhan tahun hidup berdampingan, toleransi yang luar biasa terbangun di antara mereka.
"Kayak waktu shalat Jumat atau ada peringatan hari besar itu kan pelataran dipakai untuk shalat, pada ngerti itu kalau parkir jangan di dekat pelataran. Terus kalau ada kebaktian rutin di dekat juga mereka pasti menyesuaikan dengan waktu shalat," ujar Agus.
Agus berharap kondisi seperti ini tidak hanya terjadi di kawasan Cempaka Baru, tempat dia tinggal, tetapi dipraktekkan di seluruh wilayah Indonesia.
Hal itu bisa diwujudkan karena pada dasarnya, warga Indonesia sangat beragam dan sudah terbiasa dengan perbedaan.
Namun terkadang ada pihak ketiga yang memanfaatkan perbedaan untuk memicu perpecahan.
"Jadi kalau bisa malah, se-Indonesia tahu toleransi di sini. Jangan ada oknum ke tiga... mengacaukan konsep Bhineka Tunggal Ika," kata dia.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan