JAKARTA, KOMPAS.com - Rombongan berbaju hitam datang mengelilingi jenazah Edi Chandra Purnama alias Pupung Sadili (54) dan M. Adi Pradana alias Dana (23)
Jalan mereka begitu pelan, sangat berhati hati sambil memikul peti jenazah ayah dan anak itu. Shalawat dari ustadz pun mengiringi langkahnya.
Mereka serempak berjalan menuju satu liang kubur yang telah disiapkan petugas Taman Pemakaman Umum (TPU) Jeruk Purut, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2019).
Satu persatu peti jenazah pun dijajarkan di samping liang yang telah dipenuhi tanah merah.
Ketika peti jenazah Pupung dibuka, isak tangis langsung terdengar dari arah kerumunan warga.
Setelah itu, peti jenazah Dana juga dibuka. Sontak suara isakan tangis semakin terasa terdengar.
Ibu kandung Dana yang bernama Heni pun tak kuasa menahan tangis. Bibirnya nampak bergetar menahan tangis sambil sesekali mengucapkan shalawat, namun tanpa suara.
Baca juga: Pupung dan Dana Dimakamkan Dalam Satu Liang Kubur di TPU Jeruk Purut
Jenazah Pupung pun diangkat dari peti dan dimasukan pertama kali ke liang kubur.
Setelah itu, barulah jenazah Dana yang menyusul sang ayah masuk ke dalam.
Posisi Pupung terlentang dalam liang, sedangkan Dana ditempatkan diatas kaki sang ayah. Mereka tertidur dengan tenang dalam posisi yang sejajar.
Papan pun telah diturunkan, sedikit demi sedikit tanah mulai dijatuhkan menimpa dua jenazah itu. Heni juga menumpahkan tanah dari telapak tangannya sedikit demi sedikit.
Sesekali Heni berhenti menumpahkan tanah, tangannya sibuk mengusapkan air mata di pipinya dengan tisu.
Tanah pun mulai penuh, papan nisan telah ditancap. Namun Shalawat tidak henti terdengar dari mulut ustadz dan para peziarah lainya.
Hingga pada saat keluarga menaburkan bunga di tempat peristirahatan Pupung dan Dana, isak tangis juga masih terdengar.
Baca juga: Sebelum Dibunuh Istri dan Anak Tirinya, Rumah Pupung dan Dana Sempat Terbakar
Kepergian Pupung dan Dana melukai banyak orang. Melukai hati mereka yang mencintai serta menyayangi Pupun dan Dana.