JAKARTA, KOMPAS.com - Lautan sampah terhampar luas di Kampung Bengek, Muara Baru Penjaringan, Jakarta Utara pada Senin (2/8/2019).
Tebaran berbagai jenis sampah, mulai dari plastik sampai limbah rumah tangga terlihat di sebagian besar kawasan seluas 12 hektar tersebut.
Ketika memasuki lokasi tersebut terlihat puluhan kambing dilepas warga. Ironisnya, kambing-kambing itu tampak memakan sampah-sampah yang ada di lokasi tersebut.
Pemandangan yang sama terus terlihat sampai ke arah pemukiman warga yang rata-rata terbuat dari kayu dan triplek.
Baca juga: Kisah Warga Kampung Bengek yang Terkepung Lautan Sampah di Teluk Jakarta
Semakin dekat kearah pemukiman, semakin banyak pula sampah yang menunpuk. Bahkan, tumpukan sampah itu dijadikan lokasi bermain bagi anak-anak di sana.
Kompas.com melihat seorang anak laki-laki tengah berjongkok sambil memegangi sampah-sampah tersebut.
Namun, ketika didekati, bocah yang hanya menggunakan baju kaos dan celana dalam itu lari ke arah permukiman.
Sarwana (60), sudah empat tahun tinggal di kampung tersebut. Ia membangun sendiri rumahnya dari kayu-kayu yang terbuang di tumpukan sampah Kampung Bengek.
Ia tinggal di sana bersama istri dan seorang cucunya yang sudah memasuki usia sekolah. Meski tinggal berdampingan dengan sampah ia mengaku tetap bisa tinggal dengan nyaman.
"Ya nyaman-nyaman saja, kalau penyakit mah yang tinggal di gedung mah (juga bisa sakit), penyakit sama aja. Selama ini mah aman-aman saja," kata Sarwana kepada wartawan, Senin (2/8/2019).
Sarwana mengaku memilih tinggal di lokasi tersebut karena tak sanggup membayar uang kontrakan setelah keluar dari pekerjaannya. Ia kemudian menguruk lahan yang dulunya rawa hingga akhirnya bisa ditinggali.
Baca juga: Sulitnya Akses Menuju Kampung Bengek, Lautan Sampah Terpencil yang Tak Muncul di Peta
"Susahnya kalau hujan, kami sibuk ngeruk got. Sampah ngalir semua ke sini kalau musim hujan," ucapnya.
Warga lainnya bernama Supiatun (50) mengakui bahwa ia adalah salah satu warga yang membuang sampah di kawasan tersebut.
Alasannya, kata dia, gerobak sampah tidak pernah masuk ke kampung tersebut.
"Masuk di sini susah, padat, banyak motor di depan, jadi gerobak sampahnya enggak mau masuk," ujarnya.
Meski merasakan dampak kumuh dan baunya kampung tersebut, ia mengaku tidak punya pilihan untuk tidak membuang sampah di sana
"Saya sih penginnya lokasinya bersih enggak ada sampah, ada yang ngangkut, bayarpun enggap apa-apa," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.