Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demo, Ratusan Pengemudi Gojek Kumpulkan Koin untuk Ongkos Bos Taksi Malaysia

Kompas.com - 03/09/2019, 16:08 WIB
Walda Marison,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan pengemudi ojek online dari Gojek mengumpulkan koin saat menggelar aksi demo di depan gedung Kedubes Malaysia di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (3/9/2019).

Pantauan Kompas.com, koin tersebut dikumpulkan dalam plastik berwarna putih bening. Plastik tersebut nampak penuh denagn koin sampai uang ketas dengan beragam pecahan.

Namun belum diketahui berapa jumlah uang yang terkumpul di dalam plastik itu.

Uang tersebut dikumpulkan dan akan diberikan kepada pihak Kedubes Malaysia sebagai "ongkos" untuk mendatangkan Shamsubahrin Ismail, bos perusahaan taksi di Malaysia.

Baca juga: Tersinggung dengan Ucapan Bos Taksi, Driver Gojek Demo di Depan Gedung Kedubes Malaysia

Mereka menuntut Shamsubahrin datang untuk minta maaf karena telah menghina pengemudi Gojek dan Indonesia.

"Ini yang receh kira kumpulin buat ongkosin si Shamsulbahrin datang ke Indonesia. Kita menuntut agar dia datang secara langsung untuk meminta maaf," kata salah orator yang berbicara di atas mobil komando depan gedung Kedubes Malaysia, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (2/9/2019).

Mereka menuntut Shamsubahrin datang dan minta maaf secara langsung karena ucapanya yang dianggap menghina bangsa Indonesia.

Baca juga: Demo, Pengemudi Gojek Tuntut Bos Taksi Malaysia Datang ke Jakarta dan Minta Maaf

Demonstrasi ini merupakan buntut dari perkataan Shamsubahrin Ismail yang menyebut pengemudi Gojek adalah orang miskin dan tidak memiliki masa depan.

Dia juga menyebut bahwa ojek online hanya untuk di negara miskin seperti di Indonesia.

Ucapan pria Malaysia itu menjadi viral mendapat respons dari persatuan para pengemudi ojek online di Indonesia.

Shamsubahrin Ismail, pemilik taksi Big Blue Malaysia sebelumnya sudah meminta maaf setelah ucapannya yang menolak Gojek dengan menyebut Indonesia negara miskin menjadi viral.

Baca juga: Tolak Gojek dengan Sebut Indonesia Negara Miskin, Bos Taksi Malaysia Ini Meminta Maaf

Dalam konferensi pers, Shamsubahrin mengaku media sosial hingga WhatsApp-nya dibanjiri pesan bernada kemarahan dan ketidakpuasan dari orang Indonesia.

Dia mengaku, ucapannya berdasarkan pemberitaan di media massa mengenai kondisi ekonomi yang tengah terjadi di sana.

"Indonesia ada di hati saya. Begitu juga dengan orang-orangnya," ujarnya. Dia mengaku berada dalam grup WhatsApp berisi driver Gojek dan Grab.

Dia menuturkan ucapannya yang menyebut Indonesia negara miskin karena keberadaan Gojek.

"Jadi, saya meminta maaf atas ucapan saya berdasarkan laporan yang saya baca," katanya.

Shamsubahrin melanjutkan, seharusnya pemerintah Malaysia lebih mengenalkan merek layanan ojek lokal seperti Dego Ride daripada mengizinkan Gojek masuk.

Dia menilai, memberikan akses bagi industri transportasi asing bakal memberi dampak negatif, termasuk ancaman penutupan jika mereka menghadapi masalah.

"Setidaknya, kami mempunyai kendali atas produk transportasi di negeri sendiri seperti Dego Ride untuk mencegah masuknya Gojek," kata Shamsubahrin.

Dalam video wawancara yang viral sebelumnya, Shamsubahrin terdengar mengatakan bahwa Malaysia adalah negara kaya. Karena itu, pemudanya tidak susah seperti di Indonesia.

"Jika generasi muda Indonesia bagus, mereka tentu tidak akan keluar negeri mencari kerja. Gojek hanya untuk negara miskin seperti Indonesia, Thailand, India, Kamboja," ujar Shamsubahrin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Gerak Gerik NYP Sebelum Bunuh Wanita di Pulau Pari: Sempat Menyapa Warga

Megapolitan
Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Tunggak Biaya Sewa, Warga Rusunawa Muara Baru Mengaku Dipersulit Urus Administrasi Akte Kelahiran

Megapolitan
Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Pedagang Bawang Pasar Senen Curhat: Harga Naik, Pembeli Sepi

Megapolitan
Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Baru Beraksi 2 Bulan, Maling di Tambora Curi 37 Motor

Megapolitan
'Otak' Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

"Otak" Sindikat Maling Motor di Tambora Ternyata Residivis

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Perempuan yang Ditemukan di Pulau Pari Dicekik dan Dijerat Tali Sepatu hingga Tewas oleh Pelaku

Megapolitan
PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

PDI-P Mulai Jaring Nama Cagub DKI, Ada Ahok, Basuki Hadimuljono hingga Andika Perkasa

Megapolitan
KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

KTP 8,3 Juta Warga Jakarta Bakal Diganti Bertahap Saat Status DKJ Berlaku

Megapolitan
Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Jasad Perempuan Dalam Koper di Bekasi Alami Luka di Kepala, Hidung dan Bibir

Megapolitan
Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat Dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com