JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi wanita mulai bertransformasi menjadi lebih modern. Polwan tak lagi hanya menangani perkara kejahatan terhadap wanita dan anak. Kini, sudah bisa kita lihat polwan-polwan yang mengemudi motor besar.
Merekalah Brigade Motor (BM) Polisi Wanita. Bagaimana BM Polisi Wanita ini bermula?
BM Polwan dihadirkan di Ibukota pertama kali pada Oktober 1981 dengan jumlah anggota sebanyak sebelas orang BM Polantas Kodak Jaya.
Tahun itu, Satpolantas Kodak Metro mendapatkan 44 orang anggota Polwan dari Pendidikan Sekolah Calon Bintara Polwan di Ciputat, Jakarta Selatan.
Baca juga: Kisah Enam Prajurit Wanita Bukittinggi, Polwan Pertama di Indonesia
Peluncuran BM Polwan itu mengalihkan perhatian para pengendara yang melintas dan membuat macet jalan-jalan protokol.
Pengendara ingin meyakinkan diri bahwa petugas-petugas itu benar adalah wanita.
"Kadang-kadang timbul juga rasa jengkel, karena lampu sudah warna hijau, mata si pengemudi masih tetap memandang saya," tutur Sersan Dua Jamilah kepada Harian Kompas dalam berita berjudul "Hey, Ada Pahlawan Aljazair", edisi 16 Oktober 1981.
Baca juga: Mengenal Kompol Ocha, Polwan Berprestasi Pengungkap Penyelundupan Sabu Internasional
Menelusuri Harian Kompas edisi 16 Oktober 1981, BM Polwan saat itu dideskripsikan mengenakan seragam yang sama dengan polisi lalu lintas yang berkendaraan motor.
BM Polwan mengenakan sabuk putih dengan sarung pistol putih, dilengkapi borgol dan tempat peluru. Mengenakan helm dan bersepatu boots tinggi dengan celana panjang yang ketat.
Mereka menggunakan motor yang cukup berat, yaitu Yamaha 350 CC yang biasa digunakan Polantas Pria.
Pada saat itu, BM Polwan masih terasa asing bagi masyarakat ibukota. Pengendara sering kali memanggil mereka dengan panggilan "Pak" sebelum ditegur dan mendengar suara wanita dari balik helm si polisi.
Pendidikan Bintara Polwan memakan waktu sembilan bulan, ditambah satu bulan untuk pendidikan khusus seperti BM, PJR (Patroli Jalan Raya) dan PK (Patroli Kota).
Setiap anggota BM Polwan Lantas sejak menempuh pendidikannya dilatih untuk mencintai sepeda motor.
Kemampuan mereka dalam mengendarai sepeda motor juga tidak kalah dengan rekan pria. Memotong perjalanan pengendaran, bermanuver zig-zag dan membentuk putaran merupakan salah satu teknis dasar yang harus mereka kuasai.
Baca juga: Kisah Bripda Linda dan Bripda Vellycia, Dua Srikandi Penjaga Malam di Utara Jakarta