KOMPAS.com - Polisi wanita ( polwan) memiliki pengaruh yang cukup besar dalam sejarah kepolisian RI. Pada era awal kemerdekaan, kehadiran polwan menjadi titik balik karakter kinerja polisi.
Ada cerita menarik mengenai asal usul polwan dalam salah satu koleksi Pusat Sejarah Polri 2014 yang berjudul " Polisi Wanita dalam Lintasan Sejarah Polri".
Diceritakan, pasca negara baru merdeka, rakyat krisis akan pendidikan. Tidak banyak rakyat, termasuk kaum kepolisian, yang memiliki latar pendidikan baik.
Kinerja polisi masih sangat dipengaruhi oleh karakter kerja polisi zaman penjajahan yang keras dan berjarak dengan rakyat.
Baca juga: Kisah Enam Prajurit Wanita Bukittinggi, Polwan Pertama di Indonesia
Namun, pemerintah pada masa itu tahu bahwa sikap keras seperti itu tidak bisa terus diterapkan. Agar kepercayaan terhadap polisi bisa didapatkan, polisi perlu membangun karakter ramah dan dekat pada rakyat.
Masalah semakin muncul ketika banyak wanita dari Singapura yang melakukan pelarian ke wilayah pemerintahan Indonesia. Sebelum diperbolehkan masuk, mereka harus melalui pemeriksaan badan terlebih dahulu.
Akan tetapi, mereka menolak dengan keras untuk diperiksa secara keseluruhan oleh polisi laki-laki.
Polisi laki-laki tidak bisa melakukan pemeriksaan badan secara langsung. Pemeriksaan pun dilakukan dengan bantuan dari istri-istri polri.
Baca juga: Mengenal Kompol Ocha, Polwan Berprestasi Pengungkap Penyelundupan Sabu Internasional
Selain itu, tersangka perempuan yang ditangkap dan masuk penjara juga sulit diatasi hanya dengan tenaga polisi laki-laki.
Atas dasar latar belakang itulah, kehadiran polwan menjadi sangat dibutuhkan. Wanita-wanita terpilih dididik dan melalui proses yang sama dengan polisi laki-laki lainnya.
Sebanyak 25 wanita direkrut untuk diberikan pengetahuan dasar kepolisian sebelum mulai bertugas sebagai polwan. Namun, tidak ada gelar atau pangkat khusus yang diberikan pada mereka.