"Selalu ditandai dengan pesan berantai dan letusan suar," kata dia.
Lima jam menjelang tawuran berlangsung di atas jembatan rel kereta Jalan Tambak, Rabu (4/9) sekitar pukul 17.00 WIB, jajaran Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) setempat telah menerima pesan berantai melalui WhatsApp. Isinya, "'Akan terjadi penyerangan jam 5".
"Saya membaca pesan itu dari salah satu warga yang ikut terlibat tawuran jam 13.00 WIB," kata dia.
Tujuan dari letusan suar (kembang api) dan dorlok (senapan buru dengan peluru gotri) adalah untuk memancing kedatangan lawan.
Suara letusan itu berasal dari warga Tenggulun Menteng untuk memancing kedatangan massa dari warga RW 05, RW 06 dan RW 12 Manggarai.
Di sisi lain, Kepala Biro Humas dan Protokol Sekretariat Utama BNN Kombes Polisi Sulistyo Pudjo mengemukakan kecil kemungkinan pengedar narkoba merekayasa tawuran sebagai modus untuk mengelabui aparat.
"BNN perlu melihat dasar dari itu, apakah ada penelitian atau tidak. Bisa juga orang mengelabui masuknya narkoba melalui pintu masuk, bukan di kampung, tapi pantai atau pelabuhan. Pintu-pintu besar," kata dia.
Modus pengedar mengelabui aparat dengan merekayasa kejadian tawuran antarwarga seperti yang kerap terjadi di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, belum dikaji secara kualitatif maupun kuantitatif.
Pihaknya sampai saat ini belum melihat hasil kajian terhadap upaya pelaku pengedar narkoba merekayasa kejadian tawuran untuk kepentingan bisnis narkoba.
Sebab, pasar narkoba dengan konsumen di lingkungan perkampungan hanya melibatkan barang bukti berskala kecil.
"Kalau kecil-kecil (narkoba) masuk sekampung, paling masuk segram, sepuluh gram, satu ons dan lainnya. Kemudian mereka merekayasa perkelahian antarkampung, secara penelitian kita belum melihat ke sana," katanya.
Namun, Sulistyo membenarkan bahwa pelaku tawuran lekat dengan konsumen penyalahgunaan narkoba, khususnya jenis narkoba yang mengandung analgesik penghilang rasa sakit.
Peristiwa tawuran Manggarai seolah membangunkan kembali kesadaran aparat pemerintahan setempat untuk lebih menjaga keamanan.
Pemerintah Kota Jakarta Selatan kini makin mengaktifkan dan memanfaatkan anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) sebanyak 560 personel untuk mencegah tawuran antarwarga.
Tak hanya itu, Pemerintah Kota Jakarta Selatan (Jaksel) telah berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk mengetahui penyebab tawuran dan menangkap pelaku serta provokator.
"Di lokasi saat ini juga telah terpasang CCTV sehingga saya berharap jika ada bukti yang melakukan provokasi bisa diketahui agar ada efek jera," kata Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jaksel Matsani.
Entah sampai kapan masalah yang sudah bertahun-tahun itu akan berakhir dan sirna sama sekali.
Seluruh daya dan upaya pemerintah berserta pihak terkait diyakini akan dikerahkan untuk mencegah dan mengantisipasi agar tawuran antarwarga tidak terjadi lagi.
Di sisi lain, suatu peristiwa yang berulang dan berulang terus pasti ada penyebabnya. Karena itu, tampaknya perlu mencari akar masalahnya dan tentu saja menindak tegas provokatornya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.