Dari uang hasil malak, Supri mengaku tidak menyetor ke seseorang. Ia mengaku uang hasil pemalakan dipakai untuk makan dan kebutuhan sehari-hari.
"Sehari bisa Rp 40.000 sampai Rp 50.000. Tapi itu saya baru pertama benar deh. Saya emang sehari-hari jadi tukang ojek. Tapi enggak saya setor, buat makan aja," katanya.
Sementara itu, M Iqbal Agus mengaku hanya seminggu sekali melakukan aksi di Pasar Tasik.
"Biasanya ganti-gantian, seminggu sekali saya, lalu besoknya teman saya, udah gitu terus," ucapnya di lokasi yang sama.
Iqbal mengaku tidak mematok tarif kepada pengendara yang melintas. Ia mengaku biasa dikasih Rp 1.000 sampai Rp 2.000.
Saat tidak sedang menjadi juru parkir ilegal, Iqbal bekerja sebagai pengamen dan membantu mertua di warung.
"Saya ikhlas dikasih berapa saja, saya terima kadang dapat Rp 50.000 sampai Rp 80.000. Kalau lagi enggak di sini, saya jadi pengamen atau bantu ibu mertua di warung dagang," katanya.
Iqbal mengaku memanfaatkan momen Pasar Tasik yang buka setiap Senin dan Kamis untuk menjaga parkir liar di sana.
Mereka tahu yang datang kebanyakan berasal dari luar daerah Jakarta, seperti Bekasi, Depok, Tangerang, dan wilayah Jawa Barat lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.