JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan mengajak para difabel untuk menjajal dan mengevaluasi langsung sejumlah pusat pelayanan transportasi di Jakarta Utara.
Kabid Pengelolaan Sarana dan Prasarana Transportasi Berkelanjutan Kemenhub Qodri mengatakan, kunjungan itu mereka adakan dalam rangka menyambut Hari Perhubungan Nasional.
Sebanyak 70 difabel, mulai dari tunanetra, tunarungu, hingga pengguna kursi roda, mereka ajak untuk menilai langsung apakah sejumlah sarana transportasi di Jakarta Utara sudah ramah terhadap mereka.
Baca juga: Kemenhub Ajak Kaum Disabilitas Cek Sarana Transportasi
"Nah pada hari ini kami melakukan kunjungan ke pusat-pusat pelayanan transportasi. Pertama ini ada di Stasiun Tanjung Priok, kedua di Terminal Bus Tanjung Priok," kata Qodri di Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (10/9/2019).
Stasiun Tanjung Priok
Lokasi pertama yang dikunjungi para difabel adalah Stasiun Tanjung Priok. Stasiun berarsitektur bangunan Belanda ini mereka cek dari awal pintu masuk, loket, toilet, peron, hingga di atas gerbong kereta.
Masing-masing dari para disabilitas mencoba seperti apa rasanya jika mereka berpergian melalui stasiun tersebut.
Sesuai pengecekan, merekapun melontarkan beberapa usulan kepada stasiun Tanjung Priok.
Baca juga: Penyandang Disabilitas Kritik Sejumlah Fasilitas yang Ada di Stasiun Tanjung Priok
Kompas.com kemudian bertanya kepada tiga orang penyandang disabilitas, yakni Catur Sri Nugroho (30) pengguna kursi roda, dan dua orang tunanetra, yakni Hajad Suhajad (45) dan Bagus Suprianto (55).
Dari penilaian ketiga orang tersebut diketahui ada sejumlah fasilitas yang mereka resahkan. Hal pertama yang mereka keluhkan yaitu lantai di pintu masuk stasiun yang tidak rata dan cendrung berlubang.
Hal ini dianggap bisa membahayakan para penyandang disabilitas khususnya tunanetra yang membuat mereka rawan tersandung.
Yang kedua yaitu ramp untuk memasuki lokasi stasiun yang sedikit lebih tinggi dari akses masuk stasiun. Ramp yang disediakan pihak stasiun merupakan ramp bongkar pasang yang sewaktu-waktu jika sedang dilepas akan menyulitkan pengguna kursi roda.
Guiding block atau lantai pemandu bagi para tunanetra juga sedikit bermasalah. Guiding block menuju loket terputus di tengah-tengah, sehingga bisa menimbulkan kebingungan bagi para tuna netra.
Selain itu, guiding block ke arah toilet justru mengarahkan para tuna netra ke toilet umum, padahal Stasiun Tanjung Priok sudah memiliki toilet disabilitas.
Lokasi toilet yang ada di luar peron juga dianggap sedikit menyulitkan karena para difabel harus tap out terlebih dahulu untuk mengaksesnya.