JAKARTA, KOMPAS.com - Warga berduyun-duyun memasuki area Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, usai berakhirnya upacara pemakaman Presiden ketiga RI BJ Habibie, Kamis (12/9/2019) siang.
Presiden Joko Widodo memimpin upacara pemakaman yang digelar secara militer.
Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono hadir dalam prosesi. Hadir pula, para pejabat dan tokoh nasional.
Setelah para tokoh meninggalkan lokasi, warga yang hadir lalu menghampiri makam Habibie.
Makam Habibie berada tepat di samping makam istrinya, Hasri Ainun Habibie.
Baca juga: Jokowi: Habibie Ilmuwan yang Meyakini, Tanpa Cinta Kecerdasan itu Berbahaya
Area makam Habibie yang dinaungi tenda berornamen merah-putih tak pelak disesaki massa.
Sebagian membawa keranjang berisi kembang untuk ditabur di atas pusara.
"Jangan dorong-dorong! Jangan ngelangkahin makam!" seru seseorang berupaya mengendalikan situasi.
"Ini makam jangan diinjak-injak, Bapak-bapak, Ibu-ibu!" seru yang lain.
"Ayo maju yang sudah foto gantian!"
Beberapa pelayat memang tak melewatkan kesempatan berfoto di makam Habibie. Hampir seluruh warga yang datang menyentuh makam sang begawan teknologi itu.
Mereka juga melayangkan doa sembari duduk di tepi makam Habibie.
"Penghargaan terakhir, Mas. Kita rakyat biasa, Pak Habibie rendah hati, kita belum pernah ketemu. Walaupun Pak Habibie presiden, tapi kita ngerasa dekat," ujar Karim (46), pelayat asal Bogor, Jawa Barat.
Baca juga: Fakta BJ Habibie Tutup Usia, Penyebab hingga Kesan Presiden Jokowi
Lusiana (40), warga lain, mengaku hadir di TMP karena Habibie merupakan mantan presiden yang pertama dimakamkan di Jakarta.
"Soekarno di Blitar, Soeharto di mana saya lupa tapi kalau enggak salah kan di Jawa. Gus Dur di Tebuireng. Baru Pak Almarhum Habibie yang di Jakarta," ujar dia.
BJ Habibie meninggal dunia di RSPAD Gatot Soebroto pada Rabu (11/9/2019) malam. Ia meninggal usai menjalani perawatan intensif di rumah sakit sejak 1 September 2019.
Menurut putra Habibie, Thareq Kemal Habibie, sang ayahanda wafat karena faktor usia dan masalah pada jantungnya.
"Karena penuaan tersebut, organ-organ tubuh mengalami degradasi, menjadi tidak kuat lagi. Jantungnya menyerah," kata Thareq Kemal.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.