Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ISPA hingga Pneumonia Menghantui Warga Sekitar Industri Pembakaran Arang di Cilincing

Kompas.com - 17/09/2019, 07:32 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Jessi Carina

Tim Redaksi

"Kebanyakan sih enggak perlu sampai dirawat karena ISPA bisa sembuh sendiri, paling kalau yang sampai demam gitu baru diberikan antibiotik," ujarnya Aprilia.

Guru kena pneumonia

Penyakit terparah yang ditemukan karena paparan asap tersebut adalah pneumonia. Salah seorang guru SDN Cilincing 07 Pagi berinisial S telah mengalami penyakit yang disebabkan oleh virus itu.

Puluhan tahun mengabdikan diri mengajar generasi penerus bangsa, puluhan tahun pula ia harus menghirup asap pembakaran tersebut.

Hingga akhirnya, pada awal Maret 2019 lalu S mengalami sesak nafas hebat, nyeri di dada, yang membuatnya susah tidur. Setelah berobat ke rumah sakit, S didiagnosa mengidap pneumonia akut.

Saat pertama kali diperiksa, dokter sempat menanyakan apakah S merupakan seorang perokok. Namun menurut keterangan Istri S yakni DRS suaminya tidak pernah merokok. Bahkan di lingkungan sekitar tempat mereka tinggal juga tidak ada perokok.

"Satu-satunya kemungkinan asap ya dari perjalanan ke sekolah itu. Dari rumah menuju sekolah suami selalu melewati tempat pembakaran arang," ucap DRS Jumat (13/9/2019) lalu.

Baca juga: Banyak Penderita ISPA di Dua RW Dekat Industri Peleburan Alumunium di Cilincing

Kala itu S harus diopname selama satu minggu ditambah rawat jalan satu minggu. Kebetulan, setelah masa perawatan S selesai bertepatan dengan libur hari Raya Idul Fitri membuat S bisa beristirahat cukup lama.

Lama tak mengajar, kondisi kesehatan S cenderung membaik. Akan tetapi, pada awal tahun ajaran 2019/2020 pada bulan Juli, S kembali mengajar. Lalu, pada tanggal 1 Agustus 2019 suaminya kembali sesak nafas.

Selain itu, penyakit jantung dan diabetes yang dimiliki S juga ikut kambuh. Akibatnya S harus dirawat di RSUD Koja selama 14 hari.

"Tanggal 29 Agustus masuk (RSUD Koja) lagi, sampai sekarang belum pulang," tutur DRS waktu itu.

Kualitas udara tak sehat

Adapun dugaan penyakit-penyakit yang muncul karena asap industri rumahan tersebut juga didukung oleh analisa Dinas Lingkungan Hidup yang melakukan analisa kualitas udara di sekitar tempat usaha pada Maret 2019.

Hasilnya, kawasan itu tercemar. Kualitas udaranya bahkan disebut tak baik untuk kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa parameter NO2 (nitrogen dioksida) dan H2S (hidrogen sulfida) melebihi baku mutu. Paparan NO2 dengan kadar 5 ppm (part per million).

Baca juga: Bukan Menghukum, Anies Hanya Tegur Tempat Peleburan Timah di Cilincing

Imbasnya, apabila terpapar selama 10 menit, manusia akan kesulitan dalam bernapas. Selain itu H2S juga menyebabkan bau yang mengganggu kenyamanan lingkungan.

Saati ini salah satu dari kurang lebih 25 industri tersebut sudah disegel polisi. Bangunan yang disegel adalah polisi adalah industri peleburan aluminium.

Sementara sisanya diberikan peringatan keras oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Perlindungan Hidup DKI Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, peringatan yang dimaksud bertujuan agar pihak-pihak yang terlibat dalam urusan produksi hingga menghasilkan polusi ini melakukan koreksi dan perbaikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Bisakah Beli Tiket Dufan On The Spot?

Megapolitan
Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Rute Transjakarta 2E Rusun Rawa Bebek-Penggilingan via Rusun Pulo Gebang

Megapolitan
Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Dinas SDA DKI Sebut Proyek Polder di Tanjung Barat Akan Selesai pada Mei 2024

Megapolitan
Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Ketua DPRD Sebut Masih Ada Kawasan Kumuh Dekat Istana, Pemprov DKI: Lihat Saja di Google...

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Mobil Rubicon Mario Dandy Dilelang Mulai dari Rp 809 Juta, Kajari Jaksel: Kondisinya Masih Cukup Baik

Megapolitan
Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Sindikat Pencuri di Tambora Berniat Buka Usaha Rental Motor

Megapolitan
PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

PDI-P DKI Mulai Jaring Nama Bacagub DKI, Kader Internal Jadi Prioritas

Megapolitan
PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

PDI-P Umumkan Nama Bacagub DKI yang Diusung pada Mei 2024

Megapolitan
Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan 'Pelanggannya' dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Keluarga Tak Tahu RR Tewas di Tangan "Pelanggannya" dan Dibuang ke Sungai di Bekasi

Megapolitan
KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

KPU Jaktim Buka Pendaftaran PPK dan PPS untuk Pilkada 2024, Ini Syarat dan Jadwal Seleksinya

Megapolitan
NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

NIK-nya Terancam Dinonaktifkan, 200-an Warga di Kelurahan Pasar Manggis Melapor

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Dikenal Sopan oleh Warga

Megapolitan
Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Pengamat: Tak Ada Perkembangan yang Fenomenal Selama PKS Berkuasa Belasan Tahun di Depok

Megapolitan
“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

“Liquid” Ganja yang Dipakai Chandrika Chika Cs Disebut Modus Baru Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen Selama 3,5 Jam di BNN Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com