BEKASI, KOMPAS.com - Cerita tentang murid yang belajar lesehan tanpa meja dan kursi muncul lagi kemarin. Baru selesai masalah di SDN Pekayon Jaya 3, ternyata masih ada sekolah yang bernasib serupa.
Namun kali ini bukan di Kota Bekasi, melainkan di SDN Jatimulya 09 Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Tiga ruangan kelas di SDN Jatimulya 09 di Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi tidak dilengkapi dengan meja dan kursi. Ketiganya ditempati enam kelas (pagi dan sore), yakni kelas 3D, 4A, 4C, 5B, 6A, dan 6B.
Hal ini terjadi hanya karena masalah miskomunikasi dan administrasi yang berbelit. Menurut pihak sekolah, ada miskomunikasi karena pengadaan meja-kursi dikira sudah sepaket dengan pemugaran sekolah.
Ternyata tidak. Setelah sekolah selesai dipugar, meja dan kursi ternyata belum dibeli. Akhirnya ada jeda waktu yang cukup lama sekolah tidak memiliki mebel karena harus menunggu pada masa pengajuan hingga pengadaan.
Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi Hery Herlangga mengatakan bahwa kursi-kursi untuk murid SDN Jatimulya 09, Tambun Selatan, sedang dalam pengadaan.
Baca juga: Murid SDN Jatimulya 09 Bekasi Belajar Lesehan, Orangtua Sumbang Meja dan Karpet
"Belum semuanya terkirim, di antaranya yang belum (adalah) kursi-kursinya, sehingga belum bisa optimal untuk pembelajaran," kata Hery lewat sambungan telepon, Selasa siang.
Saat ini, baru meja-meja yang sudah dikirim ke sekolah sejak dua pekan lalu. Total ada 120 meja yang sudah tersusun di koridor lantai dasar sekolah. Namun, meja-meja itu tetap belum bisa dipakai karena harus sepaket diserah-terimakan bersama kursinya.
"Jadi istilahnya nitip dulu sambil nunggu lengkap baru diserahterimakan," kata dia.
Hery mengakui jika pengadaan meja-kursi ini terbilang lama. Sebab, pengadaan baru diusulkan pada 2018, setelah SDN Jatimulya 09 rampung dipugar pada Januari 2018.
"Itu 2018 mengusulkan, realiasasinya 2019 satu tahun sekali pengadaan. Harapannya nanti setiap bangunan (sekolah) yang dibangun Dinas PUPR bisa langsung dilengkapi mebelnya," kata Hery.
Salah satu wali kelas di sekolah itu, Fahruroji menyayangkan bahwa meja-meja baru yang sudah dikirim itu tak boleh dipakai sambil menunggu kursi.
Padahal, para murid selama ini sudah sulit berkonsentrasi dan terganggu perkembangan fisiknya karena harus menunduk setiap belajar di kelas.
"Padahal kalau dimasukkan ke dalam, lumayan gitu bisa digunakan. Andaikan lambat kursinya (dikirim), saya bisa arahkan orangtua murid buat bawa kursi plastik karena kan mejanya sudah ada," ungkap Fahruroji.
Pihak sekolah menyebut, keadaan ini sudah terjadi sejak gedung sekolah selesai dipugar pada Januari 2018 lalu.
Mulanya, murid yang belajar secara lesehan merupakan murid kelas 1 dan 2. Namun, mulai tahun ajaran 2019-2020, ganti murid kelas 3 sampai 6 yang lesehan.
Murid keenam kelas itu akhirnya terpaksa belajar dengan cara duduk di lantai. Pihak sekolah pun menyediakan rak sepatu di luar kelas agar para murid tidak mengenakan alas kaki ke dalam ruangan kelas.
Sebab, lantai kelas tentu akan menempel langsung dengan tubuh mereka. Sebelum jam pelajaran dimulai, sejumlah murid yang kebagian piket kebersihan juga menyapu lantai kelas lebih dulu.
Kebanyakan dari para murid langsung mencari tempat di sekitar dinding kelas agar dapat bersandar. Namun, ketika kegiatan belajar-mengajar dimulai, posisi itu akhirnya berubah-ubah.
Ada yang berjongkok, menunduk, hingga tengkurap. Beberapa titik di lantai kelas memang sudah digelar alas, seperti spanduk atau karpet, agar murid bisa tengkurap dengan lebih nyaman.
"Seenaknya saja lah suka-suka, senyaman mereka selama belajar di lantai. Duduk pun kadang-kadang pegal mereka boleh berbaring," ujar Fahruroji, wali kelas 4C yang murid-muridnya mesti belajar secara lesehan di ubin tiap hari, Selasa.
Baca juga: SDN Jatimulya 09 Bekasi Sudah Diberi Meja, tapi Belum Boleh Dipakai
"Secara fisik, anak itu perkembangannya kita khawatir, karena kan pertumbuhan tulang mereka sedang dalan perkembangan, yang jelas fisiknya lah yang kita perhatikan (karena) belajar dengan membungkuk," ungkap dia.
Kekhawatiran bukan hanya dirasakan oleh Fahruroji selaku guru. Orangtua juga menyimpan keresahan sejenis.
Pergantian murid yang lesehan, dari murid kelas 1 dan 2 jadi murid kelas 3 sampai 6, juga didasari atas keresahan para orangtua murid.
"Yang kelas 1 katanya badannya sering panas, masukan dari orangtua akhirnya kelas 1 jangan tidak pakai kursi karena punggungnya sakit. Ya sudah, yang dari kelas 6 di atas meja-kursinya diturunin deh," jelas Sukaemah, wali kelas 6B, Selasa.
Akhirnya, beberapa dari mereka pilih menyumbangkan bantuan agar anak-anaknya bisa belajar setidaknya lebih nyaman kendati di lantai.
"Ada juga kontribusi orangtua murid dengan membawakan banyak, seperti di kelas kan ada (orangtua murid) yang bikin meja-mejaan dari kayu, ada yang menyumbang karpet," ungkap Fahruroji.
"Saya sendiri nyumbang karpet, bawa dari rumah, supaya tidak terlalu dingin lah di lantai," tambah dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.