Yusuf lantas mengapresiasi para pemilik memilih patuh terhadap Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara dengan menertibkan sendiri cerobong asap mereka.
Dengan pembongkaran tersebut setidaknya ada ratusan warga yang kehilangan penghasilan. Mereka menuntut agar pemerintah segera mencarikan solusi terbaik bagi mereka.
Namun, sampai di hari pembongkaran, Pemerintah belum memiliki solusi nyata bagi para pelaku usaha industri rumahan tersebut.
Salah satu solusi yang terpikirkan oleh Camat yaitu menggunakan sebuah alat yang bisa mengurangi asap dari proses pembakaran arang tersebut.
Baca juga: Camat Cilincing Upayakan Alat yang Bisa Mereduksi Asap dari Proses Pembakaran Arang
"Jadi saya udah (melakukan) pendekatan. Ada dua tempat mungkin ada di Bekasi pembeliannya sama di Tasik. Itu ada ternyata alat barangkali bisa kita manfaatkan," kata Alwi, Camat Cilincing di lokasi.
Dikatakan Alwi alat yang sedang ia tinjau itu bisa menurunkan drastis kepulan asap dari pembuatan arang batok. Dengan adanya alat tersebut bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan keluhan warga mengenai asap yang ditimbulkan dari proses pembakaran.
Alwi juga menyampaikan alat itu bisa meningkatkan produksi pembakaran arang batok karena dalam sekali pembakaran bisa menghasilkan 10 karung arang batok.
Akan tetapi, harga dari alat itu terbilang cukup mahal yakni sekitar Rp 25 juta.
"Masalah akan diberikan itu belum. Tapi nanti korodinasi dengan mereka bagaiamna atau nanti ada donatur yang kita ajak," ucapnya.
Akan tetapi Alwi juga tidak bisa memastikan di mana para pelaku usaha arang batok itu akan ditempatkan. Sebab lahan yang selama ini mereka tempati adalah lahan milik Pemerintah Provinsi DKI yang tidak seharusnya dijadikan tempat usaha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.