"Dulu itu, hari ini terima duit langsung kabur, udah enggak mau nginep lagi, Takut ada yang minta jatah," ujar Rusli
Setelah itu, pembangunan di kawasan itu pun dimulai. Gedung pertama yang selesai dibangun menurut Rusli adalah Jakarta City Center yang kini menjadi Thamrin City di akhir 1990-an.
Memasuki tahun 2000-an, suasana Kebon Melati mulai berubah. Kawasan yang dulunya dipenuhi permukiman berubah menjadi kawasan elit seperti yang terlihat pada saat ini.
Jumlah penduduk yang menempati lokasi tersebut juga terus menurun.
"Dulu itu disini ada 13 RT. Sekarang cuma tinggal 5 RT. RT 4,5,6,7 sama RT 16," ujarnya.
Warga Kampung Kebon Melati bukan tidak ingin pindah
Suhartati (42), salah seorang warga Kampung Kebon Melati mengatakan, sebenarnya warga yang saat ini masih tersisa tidak seluruhnya warga yang benar-benar ingin bertahan tinggal di sana.
"Ada yang jualnya ketinggian, jadi PT-nya enggak mau ngambil," ujarnya.
Sementara, perebutan jual beli lahan yang ada di sana terus terjadi ketika pembangunan di kawasan Thamrin tersebut sedang gencar-gencarnya.
Hingga akhirnya, tersisa lah kawasan kampung mereka saat ini yang wilayahnya tidak terlalu luas.
"Sekarang sudah enggak ada yang mau tanahnya, dia (Perusahaan) maunya global gitu yang tanahnya banyak, tapi kalau sekarang kecil-kecil begini susah juga," ucap wanita yang biasa dipanggil Tati tersebut.
Baca juga: Cerita Pemilik Rumah Reyot di Dalam Kompleks Apartemen Mewah, Diteror Preman agar Pindah
Karminah (65) menyebutkan, kebanyakan rumah-rumah yang ada di Kampung Kebon Melati saat ini dikontrakkan oleh pemiliknya. Harganya mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
"Kalau kontrakan biasanya diatas Rp 1 juta sebulan, kalau yang kos-kosan kayak di belakang itu ada yang Rp 800.000, Rp 900.000-an," ujarnya.
Kampung tersebut banyak diminati para pekerja dan pedagang yang beraktivitas di sekitaran Thamrin. Berada di posisi strategis membuat kontrakan-kontrakan yang ada di Kampung Kebon Melati jarang ada yang kosong.
Ia sendiri mengaku sudah berkali-kali pindah kontrakan di kawasan tersebut. Biasanya, kata dia, si pemilik hanya mendatangi lokasi ketika jatuh tempo pembayaran kontrakan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.