Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kampung Kebon Melati yang Terkepung Gedung Pencakar Langit Ingin Jual Tanah Mereka

Kompas.com - 22/09/2019, 19:28 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kampung Kebon Melati yang terkepung gedung-gedung pencakar langit di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, banyak yang ingin menjual tanah mereka.

Hal itu disebutkan oleh ketua RT 009/RW009 Kebon Melati Rusli (71), saat ditemui Kompas.com di kediamannya, Minggu (22/9/2019).

"Semua mah mau, intinya dia cocok mah harganya, semua pada mau jual tapi yang beli itu yang enggak ada," kata Rusli.

Warga ingin menjual tanah di kawasan tersebut dengan alasan bahwa harga tanah saat ini sangat tinggi karena terletak di kawasan yang sangat strategis di pusat Jakarta.

Namun, tingginya harga tanah justru membuat mereka kesulitan mencari pembeli. Dikatakan Rusli, harga tanah di sana bisa mencapai Rp 20-25 juta per meter persegi.

Selain itu, sisa tanah di Kampung Melati bentuknya juga tidak beraturan dan tak begitu luas.

"Kalau sekarang tanah ny kalau ditawarin ke PT PT ya ditawar murah sama mereka," ujar Rusli.

Baca juga: Dulu Warga Kampung Kebon Melati Sering Terganggu Dentuman Paku Bumi dan Mandi Debu

Sementara itu, anak Rusli, Suhartati (42) berujar bahwa warga ingin menjual tanah tersebut dengan alasan lain karena di kampung tersebut aktivitas sosial sangat kurang.

"Di sini udah sepi, malam apalagi, lebih sepi lagi enggak banyak kegiatan," ujarnya.

Meski berada di pusat Ibu Kota, menjalankan usaha juga sulit dilakukan lantaran kawasan itu jarang dilewati warga.

Hanya ada dua jalan keluar masuk di kampung ini, yaitu dari sebuah tembok pembatas yang dijebol di Thamrin Residence, dan sebuah jalan menuju Jalan K H Mas Mansyur.

Akses jalan kampung itu juga tidak begitu besar, hanya bisa dilalui sepeda motor atau mobil berukuran kecil jika dipaksakan.

Sementara itu, Karminah (65) warga lain yang tinggal di lokasi tersebut menjelaskan gedung-gedung tinggi di kawasan Thamrin berdiri, tidak ada lagi orang yang menawar tanah yang tersisa di Kebon Melati.

Baca juga: Kampung Kebon Melati, Permukiman yang Dikepung Gedung Pencakar Langit

"Mau usaha apa juga susah, ini warung aja susah di sini," ujar Suhartati.

Karminah (65) seorang warga yang sudah tinggal dikawasan itu sejak tahun 1970 mengatakan sejak gedung-gedung tinggi disekitar sana mulai berdiri, sudah tidak ada lagi orang yang menawar tanah di sana.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Dukcapil DKI: Penonaktifan NIK Warga Jakarta Bisa Tekan Angka Golput di Pilkada

Megapolitan
Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Polisi: Mayat dalam Koper di Cikarang Bekasi Seorang Perempuan Paruh Baya Asal Bandung

Megapolitan
Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Pembunuh Wanita di Pulau Pari Curi Ponsel Korban dan Langsung Kabur ke Sumbar

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika Cs Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Warga Duga Ada Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru Seharga Rp 50 Juta oleh Oknum Pengelola

Megapolitan
Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Pemprov DKI: Restorasi Rumah Dinas Gubernur Masih Tahap Perencanaan

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Harga Bawang Merah Melonjak, Pedagang Keluhkan Pembelinya Berkurang

Megapolitan
NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

NIK Ratusan Ribu Warga Jakarta yang Tinggal di Daerah Lain Terancam Dinonaktifkan

Megapolitan
Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Wakil Ketua DPRD Niat Bertarung di Pilkada Kota Bogor: Syahwat Itu Memang Sudah Ada...

Megapolitan
Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Saksi Sebut Hujan Tak Begitu Deras Saat Petir Sambar 2 Anggota TNI di Cilangkap

Megapolitan
PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

PAN Sebut Warga Depok Jenuh dengan PKS, Imam Budi: Bagaimana Landasan Ilmiahnya?

Megapolitan
Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Ketika Kajari Jaksel Lelang Rubicon Mario Dandy, Saksi Bisu Kasus Penganiayaan D di Jaksel

Megapolitan
Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Tak Bisa Pakai BPJS Kesehatan

Megapolitan
Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang 'Pelanggannya' di Kali Bekasi

Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari Dibuang "Pelanggannya" di Kali Bekasi

Megapolitan
Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Penemuan Mayat Perempuan di Cikarang, Saksi: Mau Ambil Sampah Ada Koper Mencurigakan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com