Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER MEGAPOLITAN]: Aladdin Ditemukan Membusuk di Rumahnya, 4 Bulan Setelah Istrinya Ditemukan Dalam Kondisi yang Sama I Kampung Kebon Melati, Permukiman yang Dikepung Gedung Pencakar Langit

Kompas.com - 23/09/2019, 08:06 WIB
Egidius Patnistik

Editor


1. Aladdin Ditemukan Membusuk di Rumahnya, 4 Bulan Setelah Istrinya Ditemukan dalam Kondisi Yang Sama

Warga di Perumahan Griya Lembah, Sukmajaya, Kota Depok kembali dihebohkan dengan penemuan mayat di rumah yang berada di Blok B5 Nomor 1. Sesosok mayat laki-laki lansia bernama Aladdin ditemukan tewas membusuk di rumah itu.

Empat bulan lalu, peristiwa serupa juga terjadi di rumah tersebut. Istri Aladdin, Sri Murniati yang merupakan pensiunan PNS Kementerian Keuangan juga ditemukan membusuk di dalam kamarnya pada 13 Mei 2019.

Penemuan jenazah Aladdin bermula dari kecurigaan tetanga sekitar yang resah lantaran tercium bau tak sedap sejak tiga hari belakangan di sekitar rumah Aladdin. Warga serta petugas keamanan lalu mengecek ke rumah itu dan menemukan korban sudah meninggal dunia dalam kondisi telentang di dalam kamarnya.

“Ketika dicek sudah dalam keadaan meninggal dunia telentang di atas kasurnya, dan sudah menghitam kulitnya,” ujar Prijo, salah satu pengurus lingkungan di lokasi kejadian, Sabtu lalu.

Prijo menuturkan, Aladdin sebelumnya menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa di kawasan Bogor, Jawa Barat setelah istrinya tiada.

Aladdin sudah sejak lama mengalami depresi dan kerap mengamuk ke istrinya semasa hidup maupun ke tetangga.

“Awal bulan ini dia balik ke rumahnya, warga juga bingung kenapa dia (Aladdin) balik lagi. Warga kan tahunya dia sedang dirawat di RSJ, terus sempat di Panti juga,” ujar Prijo.

Ikuti lanjutan berita ini di : Aladdin Tewas di Rumahnya, 4 Bulan Lalu Sang Istri yang Ditemukan Membusuk

2. Mayat Wanita Hamil Ditemukan dalam Posisi Melahirkan di Kamar Kos

Jalan Rahmawati RT 004/RW 002, Pancoran, Jakarta Selatan mendadak ramai pada Sabtu sore lalu. Sumber keramaian itu adalah sebuah kamar indekos yang dihuni AF (25).

Warga berbondong-bondong memadati gang tempat AF tinggal. AF yang sedang hamil ditemukan sudah tak bernyawa dengan kondisi kepala bayi keluar dari rahim ibunya. Tragisnya lagi, kondisi jenazah AF telah membusuk.

Anna (36) salah seorang penghuni indekos yang tinggal tepat disamping lamar AF awalnya mencium bau tak sedap di indekos tersebut. Ia mengira bau itu berasal dari bangkai burung yang mati diatas atap indekos mereka.

Ternyata, setelah ditelusuri bau itu berasal dari kamar AF. Ana kaget bukan kepalang. Terlebih saat mengetahui teman yang tinggal di sampingnya itu meninggal dalam kondisi melahirkan.

Pasalnya, ia sama sekali tak tahu bawa tetangga kamarnya itu dalam kondisi hamil.

"Saya juga enggak tahu jika selama ini dia hamil karena badannya kan gemuk. Jadi enggak kelihatan kalau sedang hamil," kata Anna kepada wartawan di lokasi.

Menurut Anna, AF bukanlah seorang yang terbuka. Selama ini, AF tak pernah sekalipun menyinggung soal kehamilannya.

Lanjutan berita ini bisa dibaca di: Mayat Wanita Hamil Ditemukan dalam Posisi Melahirkan di Kamar Kos

3. Kampung Kebon Melati, Permukiman yang Dikepung Gedung Pencakar Langit

Siapa sangka di balik menjulangnya gedung-gedung tinggi kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, ada sebuah perkampungan yang tersisa.

Kampung Kebon Melati, begitu perkampungan tersebut dinamai. Kampung itu adalah sisa-sia pemukiman warga yang sudah hilang ditelan pembangunan. Kampung itu berada di balik tembok Thamrin Residence.

Pintu keluar masuk kampung itu melewati tembok Thamrin Residence yang telah dijebol. Letaknya tepat di sebelah pos polisi sub sektor Thamrin City. Hanya pejalan kaki dan pengendara sepeda motor yang bisa melewati jalan tersebut.

Saat memasuki kawasan kampung, Kompas.com seolah-olah tidak berada pusat Ibu Kota. Susananya begitu tenang dan tak banyak keramaian, jauh dari hiruk pikuk seperti yang ditemui di lokasi lain di jantung Jakarta.

Saat mendongak ke atas barulah tersadar bahwa kampung itu dikepung gedung-gedung pencakar langit.

Rumah-rumah di perkampungan tersebut rata-rata sederhana. Ada berapa rumah berbentuk petakan yang dijadikan sebagai indekos.

Ketua RT009/RW009 Kebon Melati, Rusli (71), mengaku sudah tinggal di sana sejak 1970. Kala itu kawasan Thamrin masih dipenuhi perumahan warga. Kondisi mulai berangsur berubah di tahun 1990-an.

Tanah di kawasan itu mulai diminati oleh berbagai perusahaan yang ingin membangun properti di sana. Awalnya, hanya sedikit warga yang mau menjual tanah-tanah mereka sampai akhirnya ancaman dari preman-preman mulai melanda.

Masyarakat yang tinggal di Kampung Kebon Melati mulai perlahan-lahan merasa tidak aman tinggal di kampung tersebut.

Bahkan bentrokan sering terjadi yang membuat warga merasa ngeri.

Kondisi yang tidak aman itu membuat hampir seluruh warga ingin pindah dari sana, sehingga perlahan penduduk Kampung Kebon Melati mulai hilang. Rusli mengatakan, proses negosiasi tanah di sana pun berlangsung sangat cepat.

Ikuti lanjutan berita ini di : Kampung Kebon Melati, Permukiman yang Dikepung Gedung Pencakar Langit

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Tanda Duka Cita, Mahasiswa UI Peringati 9 Tahun Kematian Akseyna

Megapolitan
500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

500 Siswa SMA Ikut Pesantren Kilat di Kapal Perang KRI Semarang

Megapolitan
Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Soal Peluang Maju Pilkada DKI, Heru Budi: Hari Esok Masih Penuh Misteri

Megapolitan
Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Sopir Truk Akui Kecelakaan di GT Halim karena Dikerjai, Polisi: Omongan Melantur

Megapolitan
Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Sebelum Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR, Petugas Sudah Pernah Tegur Pelaku Pungli

Megapolitan
Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum 'Update' Kasus Kematian Akseyna

Sudah 1,5 Tahun Kompolnas dan Polisi Belum "Update" Kasus Kematian Akseyna

Megapolitan
Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Ucap Syukur Nelayan Kamal Muara kala Rumahnya Direnovasi Pemprov DKI

Megapolitan
Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Rekonstruksi Kasus Penembakan Ditunda sampai Gathan Saleh Sehat

Megapolitan
Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Buntut Pungli Sekelompok Orang, Dinas Bina Marga DKI Tutup Celah Trotoar Dekat Gedung DPR

Megapolitan
Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Warga Bogor Tertipu Penjual Mobil Bekas di Bekasi, padahal Sudah Bayar Lunas

Megapolitan
Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Gandeng Swasta, Pemprov DKI Renovasi 10 Rumah Tak Layak Huni di Kamal Muara

Megapolitan
Singgung 'Legal Standing' MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Singgung "Legal Standing" MAKI, Polda Metro Jaya Sebut SKT sebagai LSM Sudah Tak Berlaku

Megapolitan
Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Penyidikan Aiman Witjaksono Dihentikan, Polisi: Gugur karena Tak Berkekuatan Hukum

Megapolitan
Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Belum Tahan Firli Bahuri, Kapolda Metro Terapkan Prinsip Kehati-hatian

Megapolitan
Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Dishub DKI Jaga Trotoar di Jakpus yang Dimanfaatkan Sekelompok Orang Tarik Bayaran Pengendara Motor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com