JAKARTA, KOMPAS.com - Kehidupan bertetangga di Jakarta dan sekitarnya disebut kian renggang hari ini.
Menurut sosiolog Universitas Indonesia Ida Ruwaida, hal ini tercipta karena pola kehidupan orang-orang urban sudah terkikis oleh pekerjaan setiap hari. Nyaris tidak ada waktu bagi interaksi sosial dengan tetangga.
"Semakin masyarakatnya rasional, lebih berpikir tentang waktu dan berorientasi pada diri sendiri, memang untuk memperhatikan kehidupan sosialnya makin terbatas," jelas Ida melalui telepon, Senin (23/9/2019).
Baca juga: Cerita 3 Keluarga Bertetangga di Denpasar yang Anggota Keluarganya Lumpuh
"Di Depok misalnya, dia butuh waktu, untuk perjalanan ke Jakarta, pulang sudah malam. Situasi seperti itu kan, mereka dalam hari-hari kerjanya sibuk dengan diri sendiri. Akhir pekan, mereka mengutamakam keluarga daripada komunitas sekitarnya," ia menambahkan.
Menurut Ida, renggangnya hubungan bertetangga ini memang seolah dapat diganti dengan interaksi sosial melalui internet.
Dari sisi psikologis, hilangnya hubungan dengan tetangga mungkin tak jadi masalah berarti karena orang-orang urban masih punya rekan berbincang di jagat maya.
Akan tetapi, kecenderungan virtual society sejenis itu tetap tak mampu menggantikan pentingnya kehadiran fisik tetangga.
Baca juga: Bertetangga dengan Pendiri Facebook Ternyata Menyebalkan
Justru, Ida menilai, keberadaan tetangga kian penting untuk mengawasi satu sama lain untuk mengantisipasi seandainya terjadi petaka.
"Ketika masyarakat semakin digital, virtual society, masyarakatnya kan enggak nyata. Sementara kehidupan kita nyata. Kalau ada yang perlu dibantu, kita ini makhluk sosial yang punya kebutuhan yang tidak bisa kita penuhi tanpa keberadaan orang lain. Kehadiran tetangga jadi perlu, karena dia kehadiran yang nyata," urai Ida.
Ida menilai, belum terlambat bagi kalangan urban seperti di Jakarta untuk memulai kembali hubungan dengan tetangga masing-masing. Di beberapa kota modern dunia pun, kesadaran sejenis ini tengah merebak.
"Kuncinya ya kita dengan membuka diri. Saling membuka diri. Apalagi kita bisa saling menyapa. Kita ramah, mereka akan ramah sebagaimana jika mereka ramah, kita juga akan ramah. Dari sana bisa tercipta lagi hubungan yang lekat dengan tetangga. Walaupun sama-sama sibuk, tetapi juga bisa sama-sama memperhatikan," tutup Ida.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.