Satu persatu barang bukti dikeluarkan anggota Densus 88. Barang-barang tersebut dijejerkan tepat di depan rumah.
Sementara petugas masih melakukan penggeledahan, AG terduduk lemas di Taman Laba-Laba yang ada tepat di depan rumahnya.
Pikirannya melayang, mengapa putranya itu berubah menjadi seorang ekstrimis. Pantas saja anaknya itu berlaku aneh setelah kembali dari pesantren di Jawa Timur.
MA memang pendiam, kata dia, tetapi belakangan ini dia bahkan mengabaikan sapaan orangtuanya.
"Kalau ngobrol itu jarang sekali karena orangnya tertutup, kalau ditanya juga mau kemana? Diam saja, jalan, ngeluyur saja, enggak jawab," kata AG.
AG menyampaikan anaknya itu hanya keluar rumah ketika bekerja di sebuah pabrik yang ada di KBN, Marunda, dan pergi pengajian ke Bekasi setiap malam Minggu. Selain itu, MA hanya berdiam di lantai dua rumahnya, entah apa yang ia kerjakan.
Baca juga: Ayah Terduga Teroris di Cilincing Mengaku Jarang Berinteraksi dengan Putranya
AG juga mengaku tak pernah melihat barang-barang yang dijejerkan Densus 88 yang ada di depan rumahnya tersebut. Meski bisa, AG tak pernah mengusik kamar anak-anaknya.
"Kalau saya tahu itu barang (bahan peledak), sudah saya buang itu semua," kata AG dengan suara tinggi.
Setelah mengamankan sejumlah barang bukti, anggota Densus 88 memutuskan untuk mengevakuasi bom aktif yang ditemukan di kamar MA. Warga diminta menjauh, kira-kira 100 meter dari lokasi rumah.
Polisi sempat kesulitan menghalau bocah-bocah yang ingin menyaksikan proses evakuasi bom.
Dengan baju tebal khusus, seorang anggota Densus 88 kemudian memasuki rumah tersebut.
Beberapa menit kemudian ia keluar dari rumah membawa sebuah tas hitam berukuran cukup besar. Di dalamnya terdapat bom. Bom tersebut dinaikkan ke atas pikap lalu dipindahkan ke sebuah lahan kosong yang berada tak jauh dari lokasi.
Beberapa saat kemudian anggota Densus 88 yang tadi mengambil bom tampak menanam dan memasang detonator pada bom tersebut. Ia beberapa kali bolak balik untuk berkoordinasi dengan rekannya yang berada tak jauh dari lokasi penanaman bom.
Beberapa menit berselang seluruh anggota Densus 88 tampak menjauh dari lokasi. Mereka bersiap untuk meledakkan bom. Salah seorang anggota kepolisian lalu menghitung mundur, tanda bom akan segera di ledakkan.
"5...4...3...2..1....," kata polisi itu.