JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah permukiman menjadi tempat berlindung para mahasiswa setelah demo di depan Gedung DPR berlangsung ricuh, Selasa (24/9/2019).
Permukiman di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat itu juga menjadi tempat para mahasiswa memarkir motornya.
Saat demo menjadi ricuh, mahasiswa berlarian ke rumah-rumah warga. Warga setempat yang menolong para mahasiswa itu sampai harus ikut terkena efek gas air mata.
Salah seorang warga bernama Ari (43), menceritakan pengalamannya menolong para demonstran itu. Ari mengatakan puluhan mahasiswa datang ke rumahnya.
"Pas pintu terbuka, mereka yang masuk. Kita serba salah, mau kita usir kita enggak tega juga. Ada sekitar 30-40 orang," kata Ari.
Menurut Ari, sejumlah drone sengaja diterbangkan untuk memantau keberadaan para mahasiswa. Begitu drone menangkap keberadaan mahasiswa, gas air mata akan ditembakkan ke lokasi itu.
Baca juga: Massa Pelajar Memblokade Tol Dalam Kota
Dengan situasi itu, mau tidak mau, permukiman warga terkena imbas gas air mata.
"Ada drone, massanya di sini. Dilemparlah (gas air mata), gitu. Jadi di mana ada mahasiswa, ada drone, baru dilempar," tambah Ari.
Selain Ari, warga lainnya Ani (55), juga menampung para mahasiswa di rumahnya.
Sebagian mahasiswa yang dibawa ke rumahnya bahkan dalam kondisi pingsan.
"Pada pingsan, lemas semua. Mereka pada masuk ke sini, banyak. Pada minta minum, minta air karena pedih sekali, kan," kata Ani.
Ani mengaku tidak keberatan menampung para mahasiswa. Ia justru senang bisa ikut membantu perjuangan para mahasiswa dengan caranya sendiri.
"Enggak apa-apa, saya malah senang. Saya bisa bantunya ya cuma air. Cuma ya jangan sampai ada rusuh," ujar Ani.
Polisi membeberkan kronologi kericuhan yang terjadi saat aksi unjuk rasa yang digelar di Gedung DPR Republik Indonesia, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019).
Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono mengatakan, aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa tersebut awalnya berlangsung damai.