JAKARTA, KOMPAS.com – Aksi demonstrasi mahasiswa dan pelajar di sekitar Gedung DPR/MPR RI, Jakarta Pusat, pada Selasa (24/9/2019) dan Rabu berujung ricuh.
Para mahasiwa menolak pengesahan revisi Undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) dan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP). Aksi unjuk rasa mereka berujung rusuh hingga larut malam.
Akibatnya, sejumlah fasilitas publik rusak dan sejumlah ruas jalan ditutup, termasuk jalan Tol Dalam Kota.
Aksi unjuk rasa juga berlangsung keesokan harinya, Rabu. Namun, kali ini aksi dilakukan oleh siswa Sekolah Teknik Mesin (STM).
Baca juga: 7 Fakta Pelajar Ikut Demo Mahasiswa, Kepung Gedung DPRD hingga Bawa Senjata Tajam
Tujuan mereka tampaknya tak seperti mahasiswa yang menolak UU KPK maupun RKUHP. Sebab, belum sampai di Gedung DPR para pelajar ini sudah melempar batu, petasan, hingga bom molotov ke arah polisi.
Polisi akhirnya menembakkan gas air mata dan terjadi saling lempar batu dengan massa. Bentrokaan massa juga terjadi hingga malam hari.
Aksi dalam dua hari tersebut menimbulkan korban luka, baik dari demonstran maupun polisi.
Polisi menahan demonstran yang masih berkeliaran hingga jelang tengah malam.
Hingga Rabu lalu, diketahui ada 273 orang sempat dirawat di rumah sakit setelah demo di sekitar Gedung DPR. Namun, sebagian besar dari mereka sudah dipulangkan. Tersisa belasan pasien yaang masish dirawat intensif.
"Per jam 10.00 WIB tadi pagi, yang masih dirawat di rumah sakit jumlahnya 19 orang. Ada di beberapa rumah sakit, yang paling banyak 11 orang di RSAL Mintoharjo, sama RSPP ada tiga orang," ujar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Rabu.
Anies mengatakan, sebanyak 24 rumah sakit disiagakan untuk merawat korban. Korban paling banyak dibawa ke Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintoharjo dan Rumah Sakit Pusat Pertamina.
Anies menyampaikan, kebanyakan pasien yang dirawat karena sesak napas, kurang gula, dan kelelahan.
Dari total korban yang dirawat di rumah sakit, ada tiga orang yang harus dioperasi. Tiga korban itu mengalami luka serius.
"Ada tiga pasien yang dilakukan operasi karena pendarahan selaput otak, pendarahan otak, dan trauma tulang belakang," kata dia.
Baca juga: RSPP: 90 Mahasiswa Dirawat, Tak Ada yang Terkena Peluru
Sementara dari data Polda Metro Jaya, sebanyak 265 mahasiswa mengalami luka-luka pascademo itu. Dari jumlah tersebut terdapat sejumlah mahasiswa yang harus dirawat inap di sejumlah rumah sakit.
"Kami sudah mendatakan ada sebanyak 254 (mahasiswa) yang dirawat jalan di beberapa rumah sakit. Kemudian, ada 11 orang yang dirawat inap," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono.
Gatot belum menyebutkan penyebab luka-luka yang dialami mahasiswa. Namun kata dia, beberapa mahasiswa dirawat karena terkena gas air mata.
"Ada mahasiswa yang kena gas air mata. Kemudian, karena dorongan mereka lari dan lain-lain kami masih dalami sebabnya apa," ujar Gatot.