JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis sekaligus vokalis band Banda Neira, Ananda Badudu ditangkap di sebuah rumah susun Sarana Jaya di kawasan Tebet, Jakarta Selatan pada Jumat (27/9/2019).
Dia ditangkap oleh jajaran anggota Polda Metro Jaya karena terlibat dalam penyaluran dana untuk para mahasiswa yang ikut demonstrasi, Selasa (24/9/2019) lalu.
Dari kesaksian sekuriti bernama Aziz, Ananda Badudu dijemput sekitar empat sampai lima orang polisi yang tidak berpakaian dinas pukul 04.25 WIB.
Polisi itu telah meninggu di dalam mobil terparkir di luar rusun.
Setelah menunggu cukup lama, polisi tersebut menghampiri salah satu teman Aziz yang juga sebagai sekuriti.
"Terus tiba-tiba orang Polda nyamperin temen saya, dikasih foto (Ananda) gitu, yang jaga di bawah bilang 'kenal, itu di 413'," kata Aziz saat ditemui di rusun, Jumat (27/9/2019).
Baca juga: Diperiksa Polisi, Ananda Badudu Lihat Banyak Mahasiswa Diproses dengan Cara Tak Etis
Tiga sekuriti pun mendampingi polisi untuk menghampiri kamar Ananda Badudu. Saat pintu kamarnya diketuk, teman dari Ananda membuka pintu
"Jadi dalam ruangan ada dua orang, yang buka pintu temannya. Terus Polda ngasih surat gitu ke temannya," kata dia.
Surat tersebut diketahui sebagai surat penangkapan untuk Ananda. Namun Aziz mengaku Ananda tidak melakukan perlawanan apapun saat ingin di tangkap.
"Nurut saja dibawa, enggak ada marah marah kayak gitu enggak ada, dia ikut saja langsung," ucap dia.
Dia pun dibawa ke Polda Metro Jaya untuk jalani pemeriksaan. Belakangan, Polda Metro Jaya melepaskan Ananda Badudu.
Baca juga: Amnesty International Indonesia: Kami Minta Tak Ada Pemeriksaan Lanjutan terhadap Ananda Badudu
Ananda hanya diperiksa sebagai saksi tentang aliran dana kepada mahasiswa yang menggelar aksi demonstrasi.
Ananda keluar dari Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jumat pukul 10.17 WIB. Saat keluar, Ananda mengatakan pembebasan dirinya merupakan bentuk jaminan hukum yang hanya dapat dinikmati segelintir orang.
"Saya salah satu orang yang beruntung punya privilege untuk bisa segera dibebaskan. Tapi di dalam saya lihat banyak sekali mahasiswa yang diproses tanpa pendampingam, diproses dengan cara-cara tidak etis. Mereka butuh pertolongan lebih dari saya," ujar Ananda sambil menahan tangis.
Kompas.com pun sempat menyambangi kediaman Ananda Badudu. Dari pantauan Kompas.com, pintu kamar Andan Badudu tampak terkunci. Di sana hanya ada dua sepeda yang bersender di tembok dan beberapa tumpuk kaleng cat dalam kardus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.