Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yang Tersisa dari Rusuh di Palmerah, Kisah Para Pedagang yang Merugi

Kompas.com - 02/10/2019, 15:50 WIB
Hilel Hodawya,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa yang berujung rusuh terjadi sejak pekan lalu. Hingga Senin (30/9/2019), kawasan sekitar Stasiun Palmerah masih menjadi salah satu titik terjadinya kericuhan.

Pedagang sekitar Stasiun Palmerah menjadi pihak yang paling terdampak dengan adanya kerusuhan tersebut. Hal ini diakui oleh Hamina (48), salah seorang pedagang minuman yang telah mangkal sejak satu tahun lalu.

Menurut Hamina, ketika kerusuhan terjadi, ia menyaksikan secara langsung pelemparan batu dari para demonstran. Melihat itu, ia memilih untuk bergegas pulang dan berhenti berjualan.

"Saya itu enggak bisa jalan. Ada bakar-bakar jadi saya mundur dulu. Pas Maghrib pada sholat, saya pulang," tutur Hamina saat ditemui Rabu (2/10/2019).

Baca juga: Cerita Warga Menolong Mahasiswa yang Lari ke Permukiman Usai Kena Gas Air Mata

Meski ingin pulang, perjalanan Hamina tidak mulus. Di pertigaan menuju Slipi, kerusuhan juga terjadi. Polisi melarangnya dan sejumlah pedagang lainnya untuk lewat.

Hamina (48), salah seorang pedagang di sekitar Stasiun Palmerah yang turut merasakan dampak dari kericuhan yang terjadi sejak pekan lalu.KOMPAS.com/HILEL HODAWYA Hamina (48), salah seorang pedagang di sekitar Stasiun Palmerah yang turut merasakan dampak dari kericuhan yang terjadi sejak pekan lalu.

"Katanya (polisi) awas diganggu di jalan. Dari jam 4 kami sudah enggak bisa jalan, semuanya berhenti," tambah Hamina.

Selama kericuhan terjadi, Hamina mengaku mengalami kerugian. Pasalnya, ia biasa berjualan hingga larut malam. Namun, selama berhari-hari, ia terpaksa hanya berjualan hingga sore hari.

Baca juga: Kisah Polisi Bonardo Lepas Rindu dengan Opungnya di Tengah Kerusuhan...

Selain itu, sejumlah pembeli juga mengambil minuman yang ia jual tanpa membayar. Ada juga yang meminta minum gratis lalu ia berikan karena takut pada situasi saat itu.

"Ada yang minta di jalan, anak muda yang ribut-ribut. Mau enggak mau, (kalau) enggak boleh bagaimana? Saya takut diapa-apain," kata Hamina.

Selain Hamina, Ari (42), seorang pedagang es, juga mengaku merasakan hal yang sama. Bahkan, ketika terjadi penembakan gas air mata, ia pun turut menjadi korban.

Baca juga: Drama 7 Jam Rusuh Demonstran di Sekitar Gedung DPR...

"Kena (gas air mata), perih. Saya keluar air mata terus, panas. Ada yang bawa odol baru dikasih odol," katanya.

Untuk mengantisipasi demo yang berujung ricuh, dalam beberapa hari terakhir Ari memilih untuk pulang lebih cepat. Meski merugi, namun menurutnya lebih baik menjaga keselamatan lebih dulu.

"Kemarin (Senin), jam 3 sudah pulang. Jadi pas mulai ribut-ribut, saya sudah pulang," ucap  Ari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Pelaku Dugaan Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Bekerja Sebagai Pengajar di Kampus Jakarta

Megapolitan
Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Bentuk Unit Siaga SAR di Kota Bogor, Basarnas: Untuk Meningkatkan Kecepatan Proses Penyelamatan

Megapolitan
Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Aksi Pencurian Kotak Amal di Mushala Sunter Terekam CCTV

Megapolitan
Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Siswa SMP yang Gantung Diri di Jakbar Dikenal Sebagai Atlet Maraton

Megapolitan
Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko 'Saudara Frame': Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Detik-detik Mencekam Kebakaran Toko "Saudara Frame": Berawal dari Percikan Api, Lalu Terdengar Teriakan Korban

Megapolitan
Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Polisi Periksa Saksi-saksi Terkait Perempuan yang Ditemukan Tewas di Pulau Pari

Megapolitan
Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Massa Aksi yang Menuntut MK Adil Terkait Hasil Pemilu 2024 Bakar Ban Sebelum Bubarkan Diri

Megapolitan
Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Massa Pendukung Prabowo-Gibran Juga Demo di Patung Kuda, tapi Beberapa Orang Tak Tahu Isi Tuntutan

Megapolitan
DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

DPC PDI-P: Banyak Kader yang Minder Maju Pilwalkot Bogor 2024

Megapolitan
Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Siswa SMP di Palmerah Sempat Cekcok dengan Kakak Sebelum Gantung Diri

Megapolitan
Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai 'Saudara Frame' adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Salah Satu Korban Tewas Kebakaran Toko Bingkai "Saudara Frame" adalah ART Infal yang Bekerja hingga 20 April

Megapolitan
Saat Toko 'Saudara Frame' Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Saat Toko "Saudara Frame" Terbakar, Saksi Dengar Teriakan Minta Tolong dari Lantai Atas

Megapolitan
9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

9 Orang Ambil Formulir Pendaftaran Bakal Calon Wali Kota Bogor Lewat PDI-P

Megapolitan
Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Minta Polisi Periksa Riwayat Pelanggaran Hukum Sopir Fortuner Arogan Berpelat Dinas TNI, Pakar: Agar Jera

Megapolitan
Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Diwarnai Aksi Lempar Botol dan Batu, Unjuk Rasa di Patung Kuda Dijaga Ketat Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com