JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi unjuk rasa yang berujung rusuh terjadi sejak pekan lalu. Hingga Senin (30/9/2019), kawasan sekitar Stasiun Palmerah masih menjadi salah satu titik terjadinya kericuhan.
Pedagang sekitar Stasiun Palmerah menjadi pihak yang paling terdampak dengan adanya kerusuhan tersebut. Hal ini diakui oleh Hamina (48), salah seorang pedagang minuman yang telah mangkal sejak satu tahun lalu.
Menurut Hamina, ketika kerusuhan terjadi, ia menyaksikan secara langsung pelemparan batu dari para demonstran. Melihat itu, ia memilih untuk bergegas pulang dan berhenti berjualan.
"Saya itu enggak bisa jalan. Ada bakar-bakar jadi saya mundur dulu. Pas Maghrib pada sholat, saya pulang," tutur Hamina saat ditemui Rabu (2/10/2019).
Baca juga: Cerita Warga Menolong Mahasiswa yang Lari ke Permukiman Usai Kena Gas Air Mata
Meski ingin pulang, perjalanan Hamina tidak mulus. Di pertigaan menuju Slipi, kerusuhan juga terjadi. Polisi melarangnya dan sejumlah pedagang lainnya untuk lewat.
"Katanya (polisi) awas diganggu di jalan. Dari jam 4 kami sudah enggak bisa jalan, semuanya berhenti," tambah Hamina.
Selama kericuhan terjadi, Hamina mengaku mengalami kerugian. Pasalnya, ia biasa berjualan hingga larut malam. Namun, selama berhari-hari, ia terpaksa hanya berjualan hingga sore hari.
Baca juga: Kisah Polisi Bonardo Lepas Rindu dengan Opungnya di Tengah Kerusuhan...
Selain itu, sejumlah pembeli juga mengambil minuman yang ia jual tanpa membayar. Ada juga yang meminta minum gratis lalu ia berikan karena takut pada situasi saat itu.
"Ada yang minta di jalan, anak muda yang ribut-ribut. Mau enggak mau, (kalau) enggak boleh bagaimana? Saya takut diapa-apain," kata Hamina.
Selain Hamina, Ari (42), seorang pedagang es, juga mengaku merasakan hal yang sama. Bahkan, ketika terjadi penembakan gas air mata, ia pun turut menjadi korban.
Baca juga: Drama 7 Jam Rusuh Demonstran di Sekitar Gedung DPR...
"Kena (gas air mata), perih. Saya keluar air mata terus, panas. Ada yang bawa odol baru dikasih odol," katanya.
Untuk mengantisipasi demo yang berujung ricuh, dalam beberapa hari terakhir Ari memilih untuk pulang lebih cepat. Meski merugi, namun menurutnya lebih baik menjaga keselamatan lebih dulu.
"Kemarin (Senin), jam 3 sudah pulang. Jadi pas mulai ribut-ribut, saya sudah pulang," ucap Ari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.