Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Jakarta, Masih Ada Warga yang Sulit BAB karena Tak Punya Jamban

Kompas.com - 03/10/2019, 22:05 WIB
Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski tinggal di ibu kota negara, warga DKI Jakarta masih merasakan sulitnya membuang hajat atau buang air besar (BAB) di permukiman padat penduduk yang berada di RT 015/ RW 007, Kelurahan Tanjung Duren Utara, Kecamatan Grogol Pertamburan, Jakarta Barat.

Bahkan, 1 tempat untuk BAB atau jamban, harus dipakai bergilir beberapa orang di perkampungan itu. 

Ketua RT 015 Sitanggang membenarkan bila warganya masih ada yang menggunakan satu WC untuk beramai-ramai dan buang BAB langsung ke kali. Sitanggang menyebutnya "sistem helikopter".

"Memiliki jamban cuma sistemnya sistem helikopter dalam arti mereka punya kamar mandi tapi pembuangan ke kali saluran air langsung," ujar Sitanggang saat di temui di kediamannya, Kamis (3/10/2019).

Baca juga: Kisah Warga Kampung Bengek yang Terkepung Lautan Sampah di Teluk Jakarta

Menurut Sitanggang, warga di dalam RT 015 ada 150 Kepala Keluarga, dan yang tidak memiliki jamban sebanyak 20-30 KK.

"Di sini saja warga 150an jadi yang enggak punya jamban ada 20-30 di pinggir kali cuma pembuangannya di alirkan kekali mungkin," tambah Sitanggang.

Buruknya lagi, di lokasi pemukiman ini juga tak ada lagi lahan yang bisa dibangun untuk mendirikan WC bersama yang lebih luas. 

"Memang itu sudah direncanakan dari kita waktu itu sudah ada di sini penataan kampung cuma yang kita kendalakan begini kalau umpamanya kita buatkan tempatnya di mana? Kalau dibuatkan untuk pembuatan dari mana? Kalau sudah jadi kelanjutan butuh penyedotan dari mana? Perawatannya. Tahu sendiri ini kan tidak ada tempatnya mau taruh di mana," tambah Sitanggang.

Baca juga: Sulitnya Akses Menuju Kampung Bengek, Lautan Sampah Terpencil yang Tak Muncul di Peta

Pantuan Kompas.com saat menyusuri gang Sekretaris di RT 015 pada pukul 17. 29 WIB, memang kondisi kali yang ada di sisi sepanjang gang itu berwarna hitam. Beberapa pipa yang berada di pinggir kali sepertinya langsung berasal dari rumah salah seorang warga.

Pipa-pipa itu mengalirkan air dari rumah-rumah langsung ke kali.

Sementara lebar kali yang tidak lebih dari 3 meter membuat air mengalir dengan lambat dan menyebabkan bau tidak sedap tercium.

Baca juga: Sulitnya Akses Menuju Kampung Bengek, Lautan Sampah Terpencil yang Tak Muncul di Peta

Padahal, jarak kali dan rumah warga dekat sekali. Warga pun terbiasa makan di sekitar kali yang berhadapan dengan kali di gang sekretaris.

Melihat fenomena ini, Sitanggang berharap pemerintah segera turun tangan, karena selain masalah kesehatan toilet, saluran pembuangan sangat diperlukan agar tidak mencemari lingkungan.

"Jadi segala sesuatu saya minta jelas, apalagi tempat di mana mungkin kalau dari pemeritnah selalu sudah jadi perawatan. Tetapi harus memikirkan jangan jangka pendek namun juga jangka panjang," kata Sitanggang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Bakal Diusung Jadi Cawalkot Depok, Imam Budi Hartono Harap PKS Bisa Menang Kelima Kalinya

Megapolitan
“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

“Curi Start” Jual Foto Prabowo-Gibran, Pedagang Pigura Pakai Foto Editan

Megapolitan
Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonor untuk Antisipasi DBD

Stok Darah Bulan Ini Menipis, PMI Jakbar Minta Masyarakat Berdonor untuk Antisipasi DBD

Megapolitan
Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Trauma, Pelajar yang Lihat Pria Pamer Alat Vital di Jalan Yos Sudarso Tak Berani Pulang Sendiri

Megapolitan
Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Seorang Pria Pamer Alat Vital di Depan Pelajar yang Tunggu Bus di Jakut

Megapolitan
Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Nasib Tragis Bocah 7 Tahun di Tangerang, Dibunuh Tante Sendiri karena Dendam Masalah Uang

Megapolitan
Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Resmi, Imam Budi Hartono Bakal Diusung PKS Jadi Calon Wali Kota Depok

Megapolitan
Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Menguatnya Sinyal Koalisi di Pilkada Bogor 2024..

Megapolitan
Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Berkoalisi dengan Gerindra di Pilkada Bogor, PKB: Ini Cinta Lama Bersemi Kembali

Megapolitan
Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi 'Start' dan Ragu-ragu

Pedagang Maju Mundur Jual Foto Prabowo-Gibran, Ada yang Curi "Start" dan Ragu-ragu

Megapolitan
Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Pagi Ini, Lima RT di Jakarta Terendam Banjir akibat Hujan dan Luapan Kali

Megapolitan
Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Cek Psikologi Korban Pencabulan Ayah Tiri, Polisi Gandeng UPTP3A

Megapolitan
Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Hampir Lukai Warga dan Kakaknya, ODGJ di Cengkareng Dievakuasi Dinsos

Megapolitan
Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Saat Pedagang Kecil Jaga Marwah Kebangsaan, Belum Jual Foto Prabowo-Gibran meski Sudah Jadi Pemenang

Megapolitan
Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Kekecewaan Pedagang yang Terpaksa Buang Puluhan Ton Pepaya di Pasar Induk Kramatjati karena Tak Laku

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com