"Saya nggak terima kalau anak saya dipukulin sampai meninggal. Dunia akhirat saya nggak terima. Tapi kalau anak saya meninggal karena penyakit dan kehendak Allah, saya ikhlas," kata dia sambil menunjuk-nunjuk langit dengan nada sedikit keras.
Darah terus saja mengucur. Hingga dimakamkan pun darah masih memenuhi kain kafan di bagian kepala Jenazah.
Tidak ada seorang polisi pun yang datang ke pemakaman Yadi, bahkan hingga saat ini. Seakan tidak ada yang mau menjelaskan ke Maspupah tentang keadaan yang sebenarnya.
Maspupah dibiarkan kehilangan sang putra dengan ribuan tanda tanya.
Bukan hanya tanda tanya besar, beban Maspupah semakin berat. Janda beranak empat ini harus jadi tulang punggung keluarga pascakepergian Yadi.
Dia juga harus mengurusi keluarga Yadi. Pasalnya, Yadi sudah memiliki dua anak berusia empat dan dua tahun.
"Kalau maling, copet, nggak apa-apa dipukulin. Anak saya kan nonton demo, bukan maling," kata dia.
Bantahan polisi
Tim Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati sebelumnya memastikan tak ada tanda kekerasan pada jasad Yadi.
"Tidak ada faktor kekerasan pada jasad korban saat kami terima di kamar mayat," kata Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Kombes Pol Edi Purnomo di Jakarta, Kamis (3/10/2019) sore.
Baca juga: Satu Demonstran Tewas Saat Rusuh di Gedung DPR, Polisi: Tak Ada Kekerasan
Satu-satunya petunjuk saat proses otopsi di tubuh korban berada pada pembengkakan pembuluh darah di bagian leher.
"Tapi memang ada pembesaran pembuluh darah di leher. Itu biasanya terjadi pada orang yang mengalami sesak nafas," katanya.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan seorang pedemo tewas saat demonstrasi yang berujung kerusuhan di sekitar Gedung DPR pada pada Rabu (25/9).
Tito menegaskan pedemo yang tewas itu bukan dari kalangan pelajar dan mahasiswa namun kelompok perusuh.
Kapolri juga membantah penyebab kematian korban bukan karena tindakan represif dari aparat yang menangani aksi massa rusuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.