Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajal WC Bersama di Permukiman Padat di Grogol, Jongkok Susah, Kotoran Mengalir ke Kali

Kompas.com - 04/10/2019, 10:25 WIB
Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Meski tinggal di Ibu Kota negara, masih ada warga DKI Jakarta yang merasakan sulitnya membuat hajat atau buang air besar (BAB).

Seperti di permukiman padat penduduk di RT 015/ RW 007, Kelurahan Tanjung Duren Utara, Kecamatan Grogol Pertamburan, Jakarta Barat.

Mereka harus merasakan susahnya membuang hajat dalam WC bersama.

Kompas.com mencoba menjajal WC bersama yang berdiri di pinggir kali Sekretaris.

Lokasi WC bersama ini sangat dekat dengan kali, sejajar dengan pintu-pintu rumah warga.

Saya terkejut begitu masuk ke dalam bilik WC. Lebarnya tak sampai semeter. Sementara panjangnya semeter lebih sedikit.

Di dalam sudah ada closet jongkok, keran, satu ember, dan gayung. Dinding bilik dibiarkan tanpa proses plester dan acian.

Begitu pula lantai yang terbuat dari semen tanpa ubin. Sementara di dinding terpasang paku-paku untuk menggantung pakaian.

Ketika pintu ditutup, kondisi di dalam bilik relatif pengap. Pasalnya, di bilik tersebut minim ventilasi udara.

Masalahnya ketika harus jongkok di atas closet yang berdempetan dengan tembok. Harus benar-benar menempatkan diri sebelum menyelesaikan "panggilan alam".

Baca juga: Di Jakarta, Masih Ada Warga yang Sulit BAB karena Tak Punya Jamban

Dari dalam WC, terdengar jelas suara orang berbicara dan berjalan di luar.

Masalah lain, tidak ada septic tank untuk menampung kotoran. Semua limbah manusia langsung mengalir ke kali melalui pipa. Bahkan, orang yang melintasi kali bisa melihat kotoran yang keluar dari pipa.

Kepala RT 015 Sitanggang menyebut, sedikitnya ada 20-30 keluarga yang masih bergilir menggunakan WC bersama.

"Di sini saja warga 150-an. Yang enggak punya jamban ada 20-30 keluarga," ucap Sitanggang, Kamis (3/10/2019).

Selain menjadi tempat kotoran manusia, kondisi kali semakin parah dengan tumpukan sampah. Bau kali sangat tidak sedap.

Pengurus RT setempat pun pasrah dengan kondisi tersebut. Keterbatasan lahan salah satu kendala.

"Memang sudah direncanakan, waktu itu ada penataan kampung di sini. Cuma kendalanya begini, kalau kita buatkan (septic tank) tempatnya di mana? Kalau sudah jadi, kelanjutannya butuh penyedotan dari mana? Perawatannya. Tahu sendiri ini kan tidak ada tempatnya, mau taruh di mana," kata Sitanggang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Kemendagri Nonaktifkan 40.000 NIK Warga Jakarta yang Sudah Wafat

Megapolitan
Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Mayat dalam Koper yang Ditemukan di Cikarang Berjenis Kelamin Perempuan

Megapolitan
Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Pembunuh Perempuan di Pulau Pari Mengaku Menyesal

Megapolitan
Disdukcapil DKI Bakal Pakai 'SMS Blast' untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Disdukcapil DKI Bakal Pakai "SMS Blast" untuk Ingatkan Warga Terdampak Penonaktifan NIK

Megapolitan
Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Sesosok Mayat Ditemukan di Dalam Koper Hitam di Cikarang Bekasi

Megapolitan
Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Warga Rusunawa Muara Baru Keluhkan Biaya Sewa yang Naik

Megapolitan
8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

8.112 NIK di Jaksel Telah Diusulkan ke Kemendagri untuk Dinonaktifkan

Megapolitan
Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Heru Budi Bertolak ke Jepang Bareng Menhub, Jalin Kerja Sama untuk Pembangunan Jakarta Berkonsep TOD

Megapolitan
Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com