Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Takut Mati, Bunga Bangkai di Sekolah Bekasi Tak Dipindahkan

Kompas.com - 04/10/2019, 16:27 WIB
Vitorio Mantalean,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Bunga bangkai yang tumbuh di SDN Kayuringin Jaya II, Bekasi Selatan sejak lima hari belakangan disebut tak dapat dipindahkan ke tempat yang lebih layak, seperti di Hutan Kota Bekasi.

Padahal, ada kemungkinan bunga langka ini tumbuh kian besar dan menguarkan bau busuk yang dapat mengganggu kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

"Kalau misalnya ini tumbuh di Hutan Kota mungkin lebih baik, di sini takut mengganggu aktivitas anak-anak sekolah," jelas Lurah Kayuringin Jaya, Ricky Suhendar kepada Kompas.com di SDN Kayuringin Jaya II, Jumat (4/10/2019) petang.

Namun, di satu sisi Ricky juga khawatir apabila kelak bunga bangkai itu tumbuh besar dan justru mengganggu karena baunya.

"Kami harus lebih antisipasi. Karena informasi yang kami dapat, bunga bangkai ini jika tumbuh besar lagi, dia akan berkembang lagi itu 4 tahun. Mungkin 4 tahun ke depan akan besar bunganya dan nanti mengeluarkan bau yang luar biasa," katanya.

Baca juga: Bunga Bangkai di Bekasi Dikerangkeng

Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Hidup (LH) Dinas LH Kota Bekasi, Ricar Widadang menyebut, ada risiko besar seandainya bunga langka ini dipindahkan dari tempatnya tumbuh di halaman sekolah.

"Setelah dipelajari, kalau dia dipindah, dia akan mati," kata Ricar ditemui Kompss.com di sekolah.

Mendengar hal tersebut, Ricky selaku lurah pun enggan mengambil risiko besar itu. Menurut dia, bunga bangkai ini tergolong sebagai keanekaragaman hayati yang dilindungi, bahkan "aset negara".

"Kita juga penginnya dipindahkan. Tetapi, kayaknya kalau kita pindahkan akan mengambil risiko besar. Takutnya tidak bisa tumbuh lagi. Yang kita lihat sekarang saja sudah mulai layu," ungkap Ricky.

Oleh karenanya, bunga ini akan dikawal secara ketat agar dapat tumbuh dengan optimal. Selain dikerangkeng mulai petang ini, Ricky mengklaim akan mengerahkan petugas keamanan untuk menjaga bunga ini.

Baca juga: Bunga Bangkai Tumbuh di Sekolah, Murid SDN Kayuringin Jaya II Bekasi Tak Perlu ke Kebun Raya Bogor

"Akan kita akan lakukan peninjauan langsung dengan tim linmas untuk penjagaan. Ini termasuk aset negara juga sebenarnya bahwa bunga bangkai ini baru pertama kali tumbuh di Kota Bekasi," pungkas dia.

Sebelumnya diberitakan, bunga bangkai langka tumbuh sejak Senin (30/9/2019) di halaman SDN Kayuringin Jaya II, Bekasi Selatan. Penjaga sekolah, Nana (56) awalnya tak menyadari bahwa kemunculan tunas yang serupa jantung itu bakal merekah jadi bunga bangkai.

"Waktu pertama lihat, kayak jantung begitu. Tadinya polos saja, tanah biasa saja, buat menaruh sisa bakaran sampah," kata Nana kepada Kompas.com, Jumat.

Nana berujar, ia membiarkan saja "jantung" tersebut tanpa memberinya perhatian khusus. Tiga hari berselang, tunas itu merekah menjadi bunga berukuran besar.

"Baunya sudah dua hari lalu muncul kalau sore ke malam, kayak bangkai tikus gitu. Nah ini banyak lalat karena disobek sama anak-anak," sebut Nana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Mau Maju Jadi Cawalkot Bogor, Wakil Ketua DPRD Singgung Program Usulannya Tak Pernah Terealisasi

Megapolitan
Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Seorang Anggota TNI Meninggal Tersambar Petir di Cilangkap, Telinga Korban Pendarahan

Megapolitan
Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Harga Bawang Merah di Pasar Senen Blok III Naik Dua Kali Lipat sejak Lebaran

Megapolitan
Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Dua Anggota TNI yang Tersambar Petir di Cilangkap Sedang Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Imam Budi Hartono dan Partai Golkar Jalin Komunikasi Intens untuk Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita 'Open BO' di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Pembunuh Wanita "Open BO" di Pulau Pari Baru 2 Bulan Indekos di Bekasi

Megapolitan
Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Dua Anggota TNI Tersambar Petir di Cilangkap, Satu Orang Meninggal Dunia

Megapolitan
Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Pasien DBD Meningkat, PMI Jakbar Minta Masyarakat Gencar Jadi Donor Darah

Megapolitan
Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Sembilan Tahun Tempati Rusunawa Muara Baru, Warga Berharap Bisa Jadi Hak Milik

Megapolitan
Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Fraksi PSI: Pembatasan Kendaraan di UU DKJ Tak Cukup untuk Atasi Kemacetan

Megapolitan
Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Polisi Pesta Narkoba di Depok, Pengamat: Harus Dipecat Tidak Hormat

Megapolitan
Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Belajar dari Kasus Tiktoker Galihloss: Buatlah Konten Berdasarkan Aturan dan Etika

Megapolitan
Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Cari Calon Wakil Wali Kota, Imam Budi Hartono Sebut Sudah Kantongi 6 Nama

Megapolitan
Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Sepakat Koalisi di Pilkada Bogor, Gerindra-PKB Siap Kawal Program Prabowo-Gibran

Megapolitan
Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Foto Presiden-Wapres Prabowo-Gibran Mulai Dijual, Harganya Rp 250.000

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com