JAKARTA, KOMPAS.com - Camat Cilincing Muhammad Alwi mengatakan pihaknya masih belum bisa menemukan solusi pekerjaan baru bagi mantan pelaku industri pembakaran arang batok di Cilincing.
Padahal, pihaknya telah memberi berbagai opsi kepada mantan pemilik dan pekerja industri arang batok tersebut.
Terakhir, kata Alwi pihaknya telah menawarkan opsi pelatihan memperbaiki AC. Namun opsi itu juga masih ditolak oleh mantan pengusaha arang tersebut.
"Kalau mau, yang muda-muda ikut pelatihan perbaikan AC, kalo sudah mahir kan bisa buka usaha AC. Tapi sampai sekarang masih pada enggak mau. Ya sudah lah, kan serba salah juga kita ini," kata Alwi saat dihubungi Kompas.com Jumat (4/10/2019).
Baca juga: Ini Saran Camat jika Mantan Pelaku Industri Arang di Cilincing Ingin Kembali Beroperasi
Pihaknya juga sudah memfasilitasi pertemuan antara warga terdampak pembakaran arang batok tersebut dengan Wakil Wali Kota Jakarta Utara untuk membahas opsi penggunaan teknologi yang bisa mereduksi asap dalam proses pembuatan arang.
Tapi opsi itu tidak diterima Wakil Wali Kota dengan alasan penggunaan teknologi itu masih tetap mengeluarkan polusi.
Di samping itu, kata Alwi, industri pembuatan arang memang harus menghasilkan asap yang tebal untuk membuat arang terbaik.
"Karena arang yang bagus butuh asap yang banyak. Kalau yang enggak punya asap sekarang itu ternyata memang itu hasilnya kurang maksimal, kualitasnya juga enggak bagus," tutur Alwi.
Baca juga: Ingin Jadi PPSU, Mantan Pelaku Industri Arang di Cilincing Harus Tunggu hingga Desember
Diberitakan sebelumnya pada Kamis (19/9/2019) warga pemilik industri arang batok memilih untuk membongkar sendiri cerobong asap milik mereka.
Alasannya adalah karena asap yang ditimbulkan dari hasil pembakaran arang tersebut sering dikeluhkan warga sekitar. Bahkan ada guru SDN Cilincing 07 Pagi yang menderita pneumonia diduga akibat terlalu sering menghirup asap dari lokasi tersebut.
Selain industri arang batok, polisi sebelumnya juga sudah menyegel industri peleburan timah yang juga ada di lokasi tersebut.
Adapun para warga yang terdampak pembongkaran tersebut menuntut agar pemerintah mencari solusi penghasilan baru untuk mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.